'Ini Kampanye Gratis, Terima Kasih', Santainya Anies Baswedan Diklaim Biang Kerok Polarisasi

Selasa, 03 Januari 2023 | 10:55 WIB
'Ini Kampanye Gratis, Terima Kasih', Santainya Anies Baswedan Diklaim Biang Kerok Polarisasi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Halte TransJakarta Bundaran HI di Jakarta, Sabtu (15/10/2022). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wacana pencapresan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menemui pro dan kontra. Pihak yang menentang menilai Anies memicu terjadinya polarisasi dan perpecahan, bahkan sampai dituding bapak politik identitas.

Narasi yang berkembang menyebut Anies sebagai representasi kelompok anti pemerintahan Presiden Joko Widodo, sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dinilai berdiri di sisi sebaliknya.

Namun Anies sendiri ternyata tidak mengerti mengapa dirinya disebut sebagai penyebab terjadinya polarisasi. Anies menilai polarisasi adalah hal yang awam dijumpai di negara demokrasi karena ada perbedaan pendapat yang tidak ditekan pihak sebaliknya.

"Jadi dalam politik, ketika sampai ke tahap pemilihan dan ada 2 pilihan, pasti ada 2 polar. Terus kenapa jadi takut ada dua polar? Mau diganti siapapun juga akan terjadi begitu, namanya juga dua pilihan," ucap Anies, dikutip dari kanal YouTube Total Politik, Selasa (3/1/2023).

Baca Juga: Geng 212 Bungkam Soal Yohanes Anies Baswedan, Yusuf Dumdum: Rela Melacurkan Diri, Gerombolan Munafik!

Momen akrab Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Rakernas APPSI disorot. (Twitter/@ganjarpranowo)
Momen akrab Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Rakernas APPSI disorot. (Twitter/@ganjarpranowo)

Bakal Calon Presiden 2024 yang telah dideklarasikan Partai NasDem itu malah berterimakasih dengan banyaknya pihak yang menudingnya biang kerok perpecahan. Apa alasannya?

"Justru saya merasa ini adalah kampanye gratis, terima kasih, nama saya disebut terus," seloroh Anies.

Anies menekankan tidak ada yang perlu ditakutkan dari polarisasi. Sebab polarisasi merupakan bentuk perbedaan pilihan biasa, apalagi karena situasi ini hanya tergambar di dunia maya.

"Ada fasenya. Ada polarisasi, bila dibiarkan terus akan menjadi friksi, dari friksi jadi konflik, kalau konflik baru pecah. (Jadi) ada fase," jelas Anies.

"Di kampung-kampung (memang) pada berantem? Enggak tuh. Yang berantem di virtual semua, di WA grup, di sosmed. Di masyarakat biasa-biasa saja, semua bekerja dengan kegiatannya. Nah di mana pecahnya?" lanjutnya.

Baca Juga: Banjir Kota Semarang Belum 100 Persen Surut, Ganjar Minta Bantuan ke Kementerian PUPR

Anies menyayangkan narasi setiap perbedaan pendapat akan menimbulkan polarisasi dan perpecahan. "Terus kemudian dicarilah kambing hitam," imbuh Anies, seolah menyindir orang-orang yang menudingnya mengakibatkan polarisasi.

Presiden Jokowi saat didampingi Gubernur DKI Anies Baswedan meninjau sirkuit Formula E di Ancol. (Suara.com/Ria Rizki)
Presiden Jokowi saat didampingi Gubernur DKI Anies Baswedan meninjau sirkuit Formula E di Ancol. (Suara.com/Ria Rizki)

Menurut Anies, polarisasi sejatinya tidak perlu dikhawatirkan karena pasti terjadi di negara manapun terutama menjelang pemilu.

"Yang penting siapapun yang terpilih maka dia harus membawa kebijakan yang menyatukan, kebijakan yang membawa manfaat bagi semua, kebijakan yang tidak diskriminatif, kebijakan yang memberikan kesetaraan kesempatan kepada semuanya. Sehingga efek dari pemilu itu adalah ditetapkan garis baru pemerintah, orang baru pemerintahan, bukan hukuman kepada yang memilih," ungkapnya.

Pemerintah yang terpilih juga bertanggung jawab untuk menjaga supaya polarisasi yang terjadi tidak melampaui ambang batas hingga berbuntut perpecahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI