Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak kunjung didekarasikan partainya, PDI Perjuangan untuk menjadi calon presiden (capres) di 2024 mendatang.
Padahal diketahui bahwa Ganjar memiliki elektabilitas yang tinggi di mana selalu memuncaki hasil survei. Kendati demikian ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri tampaknya belum memberikan kode untuk Ganjar maju Pilpres.
Dalam hal ini, Pakar tata negara Refly Harun menduga bahwa Megawati masih meragukan kesetiaan Ganjar Pranowo padanya.
Megawati menurut Refly Harun takut Ganjar lebih loyal pada Jokowi yang akan membahayakan posisinya dan keturunannya di PDIP kelak.
Baca Juga: Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Bawa Sinyal Giri Prasta Gubernur Bali 2024?
"Itu lah yang dikhawatirkan oleh Megawati, kenapa kemudian dia agak ragu untuk mendorong Ganjar, pertanyaannya adalah apakah Ganjar lebih setia pada Megawati atau lebih setia pada Jokowi," ungkap Refly Harun dalam kanal YouTubenya Refly Harun Official yang tayang Senin (2/1/2023).
"Apakah Ganjar lebih punya chemistry dengan Jokowi atau dengan Megawati, feeling saya mengatakan Ganjar lebih dekat pada Presiden Jokowi, dan ini membuat Megawati tak nyaman karena kepemimpinan trah soekarno bisa terancam," tambahnya.
Lebih lanjut Refly Harun menyebutkan bahwa Ganjar lebih lihai berpolitik ketimbang Jokowi saat mencalonkan diri sebagai presiden.
Menurut Refly Harun, Ganjar di tahun 2024 mendatang memiliki pengalaman politik lebih banyak daripada Jokowi di tahun 2014 saat mencalonkan diri sebagai presiden.
"Ganjar lebih sophisticated, lebih canggih lebih berkualitas dibandingkan Presiden Jokowi kalau kita lihat kondisi sebelum menjadi presiden" ujar Refly Harun.
Baca Juga: Serap 170 Ribu Tenaga Kerja, Ganjar Bakal Genjot Investasi Jateng di 2023
"Saya selalu membandingkan Ganjar 2022 nanti apalagi tahun 2024, itu jauh lebih siap menjadi presiden ketimbang Jokowi di 2014, kalau boleh jujur Ganjar lebih piawai," imbunya.
Menurut Refly, kepiawaian Ganjar di dunia politik tampak karena sudah memiliki relasi para petinggi saat menjadi DPR RI.
"Karena pengalamannya jauh lebih kaya daripada Jokowi, karena sudah pernah jadi legislator di senayan dan sudah biasa beragaul dengan elit nasional," kata Refly.
"Beda dengan presiden Jokowi, dia punya keterbatasan bergaul dengan elit nasioanal dan langsung menjadi presiden sehingga dia tidak sempat mendapat jaringan di elit nasional," tambahnya.