Usai Tonton Film Dokumenter, Anies Cerita Soal Erosi Demokrasi: Kuasai Wasit, Singkirkan Lawan hingga Ganti Aturan

Senin, 02 Januari 2023 | 16:31 WIB
Usai Tonton Film Dokumenter, Anies Cerita Soal Erosi Demokrasi: Kuasai Wasit, Singkirkan Lawan hingga Ganti Aturan
Bakal calon presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan membagikan kisahnya usai menonton film dokumenter tentang politik berjudul The Edge of Democracy. (Foto dok. Anies)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bakal calon presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan membagikan kisahnya usai menonton film dokumenter tentang politik berjudul The Edge of Democracy. Film itu sendiri mengisahkan soal erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden.

Hal itu diunggah oleh Anies dalam akun Instagram pribadinya @aniesbaswedan dilihat oleh Suara.com, Senin (2/1/2023). Tampak dalam unggahan Anies terlihat sedang menonton film tersebut dengan anaknya bermama Mikail Azizi.

"Menghabiskan awal tahun bersama Mikail dengan menonton The Edge of Democracy (2019) di Netflix. Dokumenter yang dibuat oleh Petra Costa, sineas perempuan milenial dari Brazil, bercerita tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden," kata Anies dalam keterangan unggahannya.

Mantan Gubernur Jakarta itu mengatakan film tersebut bercerita tentang upaya penyingkiran terhadap Lula melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi walau pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya.

Baca Juga: Megawati disebut Banteng Petarung, Singgih Sahid: Mustahil Mega akan Pilih selain Ganjar Pranowo

Ia mengatakan, dengan menonton film dokumenter tersebut mengingatkan pada buku How Democracies Die, bahwa ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari.

"Pertama, “kuasai wasitnya”. Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo," tuturnya.

Kemudian yang kedua, kata Anies, soal singkirkan pemain lawan. Singkirkan lawan politik dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal.

"Ketiga, “ganti aturan mainnya”. Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan," tututnya.

Anies Baswedan saat menemui relawan di Pangkep, Sulawesi Selatan. (Twitter/@aniesbaswedan)
Anies Baswedan saat menemui relawan di Pangkep, Sulawesi Selatan. (Twitter/@aniesbaswedan)

Menurut Anies, pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu dapat sebabkan 'shifting baseline syndrome', yaitu perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk.

Baca Juga: Partai Ummat Mau Dukung Siapa Jadi Capres 2024? Amien Rais: It's Too Early To Tell

Ia menyebut, kondisi yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi, tapi karena perburukannya berlangsung perlahan maka tanpa disadar dianggap kewajaran baru.

Menurutnya, dari dokumenter tersebut dunia belajar bahwa demokrasi tidak boleh 'taken for granted', tapi harus terus dirawat. Penyimpangan walau hanya kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan.

"Pesan pentingnya: bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," tuturnya.

Lebih lanjut, Anies menyampaikan terlepas dari itu, Lula da Silva dilantik menjadi presiden setelah mengalahkan Jair Bolsonaro dalam pemilu tahun lalu.

"Ia berjanji hadirkan kembali program sosial dan hentikan deforestasi. Komitmen yang tentu harus dibuktikan dan harus dikawal oleh rakyatnya. Salut untuk Petra Costa yang mengangkat tema penting ini," tuturnya.

"BTW, sesudah menonton ini, saya janji sama Mikail, kita akan menonton Avatar 2 buat hiburan. :)," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI