Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sebagai tokoh yang bakal menentukan kontestasi Pemilu 2024. Bahkan, orang nomor satu di Indonesia iti diyakini sedang memainkan perannya dan bakal keluar sebagai "King Maker" pada pesta demokrasi mendatang.
Pendapat itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional, Adib Miftahul. Ini berkaca pada aksi Presiden Jokowi yang mengumpulkan relawannya di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Presiden Jokowi memiliki posisi sentral dan bisa menjadi penentu di Pilpres 2024. Ia mengatakan sekarang ini Jokowi sedang bermain dengan kartunya sendiri.
"Saya masih percaya bahwa dia (Jokowi) akan menjadi king maker tahu 2024. Kartu' Pak Jokowi sedang dimainkan oleh Pak Jokowi sendiri," ujar Adib saat dihubungi Warta Ekonomi, Sabtu (31/12/22).
Adib turut mengomentari terkait isu reshuffle yang dilempar Jokowi. Isu itu diketahui telah membuat hubungan PDIP dengan Partai NasDem menanas. Terbukti dengan terjadinya adu mulut antar kader kedua partai.
Perang mulut ini diawali setelah Ketua Bidang Ideologi PDIP, Djarot Syaiful Hidayat meminta Jokowi mengevaluasi kinerja menteri dari Partai NasDem, yakni Menteri Pertanian dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Komentar itu rupanya didukung oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto yang semakin menambah panas. Ia menilai bahwa kinerja Menteri Pertanian yang diduki Syahrul Yasin Limpo sekarang tidak memuaskan.
Tak sampai di situ, Hasto bahkan menyinggung dukungan NasDem kepada mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. Deklarasi NasDem itu dianggap Hasto sebagai pemicu awal adanya perbedaan prinsip politik.
Atas dasar itu, Hasto menyentil seharusnya parpol terkait memiliki kesadaran untuk menarik diri dari pemerintahan Jokowi. Apalagi sosok yang diusung dinilai merupakan oposisi dari pemerintahan.
Baca Juga: Desak DPR Tolak Perppu Cipta Kerja yang Diterbitkan Jokowi, Demokrat: Pemerintah Tidak Patuh Hukum
"Sudah seharusnya ketika mencalonkan seseorang yang berbeda dan menjadi antitesa kepada presiden yang sedang menjabat, muncul kesadaran politik untuk menarik diri. Jadi mendukung presiden bukan untuk mendapatkan enaknya," kata Hasto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (30/12/22).