Suara.com - Isu reshuffle kabinet Jokowi yang dituding hanya menyasar menteri dari Partai NasDem menjadi pembahasan hangat belakangan ini.
Terlebih lagi, politisi PDI Perjuangan seperti Djarot Syaiful Hidayat dan Hasto Kristiyanto memberikan pernyataan spesifik untuk mengevaluasi menteri dari Partai NasDem.
Munculnya isu reshuffle itu diduga mengerucut ke NasDem usai deklarasi Anies Baswedan sebagai capres, yang diklaim menjadi antitesa Jokowi atau oposisi pemerintah.
Hasto PDIP sendiri menilai deklarasi Anies itu adalah pemicu awal terjadinya perbedaan prinsip politik.
Baca Juga: Tiba-tiba Terbitkan Perppu Cipta Kerja, Padahal Dua Tahun Lalu Jokowi Bilang Nggak Mau
Kendati demikian, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional, Adib Miftahul justru menilai bahwa Jokowi tak akan sampai hati melakuka reshuffle terhadap para menteri dari NasDem.
Sebab menurutnya, deklarasi Anies itu secara tak langsung seakan menjadi buah simalakama untuk Presiden Jokowi. Adib melihat jika menteri NasDem terkena reshuffle, Jokowi malah akan seakan membuka jalan bagi Aies serta NasDem.
"Kalau dia (Jokowi) reshuffle (Nasdem), tentu saja ini akan 'memuluskan' jalannya Nasdem beserta Anies untu semakin besar, karena dia akan bergerak leluasa. Apalagi Anies ini simbol oposisi," kata Adib saat dihubungi Warta Ekonomi, Sabtu (31/12/22).
Adib juga menilai, PDIP tengah menekan Jokowi melalui suara-suara reshuffle yang digaungkan oleh para elit partai.
Dia menyebut, PDIP dan NasDem kian memperlihatkan kerenggangannya pasca Anies Baswedan dideklarasikan.
Baca Juga: Ini yang Membuat Adian Napitupulu Menyerang Erick Thohir Habis-habisan
Isu reshuffle itu sendiri dianggap Adib sebatas perbincangan yang belum menemukan titik akhir.
Adib juga menilai bahwa Jokowi masih menganggap reshuffle menteri NasDem sebagai angin lalu saja karena tekanan PDIP belum kuat.
"Ini yang saya lihat, bahwa tekanan PDIP belum kuat. Sampai hari ini Pak Jokowi juga masih tidak mau mereshuffle, masih dianggap angin lalu," katanya.
Lebih lanjut, Adib menyebut bahwa NasDem membawa Jokowi berada dalam poisi yang serba dilematis.
Sebab, Jokowi nantinya akan mendapatkan cap sebagai petugas partai yang mudah diarahkan, apabila memang melakukan reshuffle.
Sementara itu, jika reshuffle diurungkan maka Jokowi dinilai sebagai sosok yang kurang tegas.
Kendati demikian, Adib tetap beranggapan dan yakin bahwa Jokowi tak akan melakukan reshuffle pada menteri Nasdem.
"Jokowi tidak akan mereshuffle Nasdem, karena Nasdem memang dibiarkan, Nasdem akan dibuat 'bebek lumpuh' dalam kabinet," papar Adib.
"Nasdem dibiarkan saja di dalam kabinet, tidak diberikan porsi utuh. Tetapi di 2024 nanti, Nasdem akan punya catatan-catatan tersendiri, karena memang kalau misalnya Nasdem di reshuffle, akan semakin membesarkan Nasdem dan Anies Baswedan," sambungnya.
Dia menilai, Jokowi memiliki posisi sentral dalam kontestasi politik di tahun 2024 nanti. Hal tersebut kian menguat tak kala Jokowi mengumpulkan relawannya di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu.
"Saya masih percaya bahwa dia (Jokowi) akan menjadi King Maker tahun 2024. 'Kartu' Pak Jokowi sedang dimainkan oleh Pak Jokowi sendiri," katanya.
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.