Suara.com - Kementerian Sosial (Kemensos) terus memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), terutama untuk kawasan tertinggal. Terbaru, Kemensos menggelar pengembangan budaya wirausaha bagi masyarakat dari empat daerah di Papua yakni, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen dan Kabupaten Supiori.
Pelatihan vokasional atau pemberian keterampilan membatik bagi masyarakat di Papua tersebut diselenggarakan pada 5-16 Desember 2022. Pelatihan ini disambut antusias oleh para peserta.
Yonecenlince Ansaka (62), salah satu peserta pelatihan mengaku senang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Kemensos tersebut. Ada banyak ilmu yang didapatkan. Ini lantaran pelatihannya bersifat aplikatif serta langsung dipraktikkan dalam situasi yang sebenarnya.
"Kami sangat bersukacita dengan pelatihan kemarin. Ada banyak sekali yang didapatkan setelah mengikuti pelatihan ini. Sekarang saya sudah bisa membuat baju batik, saya juga bisa membuat baju daster meski belum begitu bagus hasilnya," tutur Yonecenlince Ansaka kepada awak media saat ditemu di rumahnya pada Jumat, (30/12/2022).
Baca Juga: Kapolri Instruksikan Jajaran Perkuat Pengamanan di Papua Jelang Nataru
Wanita yang akrab disapa Mama Oce itu pun menceritakan dengan antusias bagaimana kegiatan yang berlangsung selama 12 hari tersebut. Kata dia, para peserta masing-masing diberi tantangan untuk bisa menghasilkan tiga potong batik dari kain yang diberikan.
Lebih jauh Mama Oce menjelaskan, untuk menghasilkan satu batik harus melalui proses yang panjang, mulai dari membuat pola pada kain, mencanting kain berpola, pewarnaan sebanyak tiga kali, pelorodan hingga penjemuran. Namun proses ini, ia tekuni hingga menghasilkan karya batik yang memiliki nilai seni.
"Saat proses pewarnaan itu, saya sempat kesulitan karena warnanya luntur. Tapi saya tidak menyerah, saya terus ikuti prosesnya sampai akhirnya saya bisa menghasilkan batik," tutur Mama Oce.
Tidak hanya itu, dari segi kreativitas, menurut Mama Oce, para peserta juga ditantang untuk mengembangkan desain, seperti desain motif buah mangrove, desain burung mambruk khas Papua, hingga desain ikan. Bahkan, para peserta juga ditantang untuk memadukan antara batik tulis dengan batik jumputan.
"Jadi kami diberikan waktu untuk mendesain. Terserah mau apa motifnya, kalau saya buat ikan kurus-kurus," tutur Mama Oce dengan gelak tawanya mengenang momen bahagia tersebut.
Baca Juga: Lancar Ngobrol Pakai Bahasa Sunda, Sosok Pria Asal Papua Ini Panen Pujian
Hal senada disampaikan oleh Maria Watimena (65), peserta pelatihan lainnya. Dia bercerita tentang bagaimana pelatihan menjahit yang diberikan oleh Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi Kemensos tersebut.
Wanita yang akrab disapa Mama Maria ini menjelaskan, selain diberikan keterampilan dalam hal membuat pola jahit, detail potongan dan jenis-jenis jahitan, para peserta juga dilatih untuk mengenal alat jahit hingga bongkar pasang mesin jahit.
"Sehingga kalau mesinnya rusak, kami juga bisa perbaiki," imbuhnya.
Mama Oce pun Mama Maria berharap, kegiatan ini dapat terus diselenggarakan. Sebab, untuk bisa mahir menjahit dan membatik, perlu dilakukan latihan secara terus menerus.
"Iya kalau bisa diselenggarakan kembali, jangan hanya sekali saja dan waktunya jangan sebentar. Selain itu, kalau ada pelatihan lagi, jangan lagi kasih orang baru,tapi tetap orang lama, namun materinya ditingkatkan. Dengan begitu, kami orang lama bisa mahir dan bisa ajarkan kepada masyarakat yang lain," pungkasnya.