Suara.com - Publik kini tengah mengenang kepergian sosok tokoh agama sekaligus tokoh kebangsaan, KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan Gus Dur.
Adapun kini telah memasuki masa peringatan 13 tahun wafatnya sang Kyai yang meninggal dunia pada 30 Desember 2009 silam. Presiden RI keempat ini menghembuskan nafas terakhirnya usai melawan penyakit jantung koroner yang mempengaruhi tubuhnya.
Peringatan wafatnya sang Kyai diwarnai dengan kegiatan ziarah yang menghimpun ribuan pengikut dari sosok cendekiawan Nahdlatul Ulama tersebut.
Putri Gus Dur beberkan peristiwa 7 hari menjelang meninggalnya sang Kyai
Baca Juga: Gegara Diberi Nama Yohanes, Anies Baswedan Dibandingkan Dengan Gus Dur
Tak hanya para pengikut, tentu keluarga Gus Dur turut mengenang kematiannya yang meninggalkan banyak warisan berupa wawasan kebangsaan dan keagamaan.
Putri sulung Gus Dur dan Sinta Nuriyah, yakni Alissa Qotrunnada Wahid alias Alissa Wahid membagikan cerita tentang peristiwa menjelang kematian sang ayah.
Alissa menceritakan pada tanggal 25 Desember 2009, yakni beberapa hari sebelum Gus Dur meninggal dunia, mereka berdua sempat bertegur sapa melalui panggilan telepon.
Kala itu Gus Dur usai menyambangi sosok rekan seperjuangan dan sahabat karib, Kiai Haji Mustofa Bisri.
"Kira-kira 10 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 24, malam 25 Desember tahun 2009 sore hari saya ingat sekali saya menelpon almaghfurlah (Gus Dur). Waktu itu beliau baru saja dari kediaman Kiai Haji Mustofa Bisri" cerita Alissa memberikan kesaskian momen dengan sang ayah, sebagaimana yang dibagikan dari video akun Instagram Jaringan Gusdurian, dikutip Suara.com pada Jumat (30/12/2022).
Baca Juga: Mahfud MD Menangis Kenang Kejatuhan Gus Dur: Saya Bangga
Lantaran khawatir dengan kondisi sang ayah, Alissa langsung memintanya untuk kembali ke Jakarta demi melakukan cuci darah. Sang ibunda juga telah memohon kepada Alissa agar membujuk sang ayah mau pulang ke Jakarta.
"Tugas saya waktu itu membujuk beliau untuk kembali ke Jakarta. Karena beliau kondisinya secara kesehatan tidak terlalu baik dan sudah sangat capek. Saya ditelpon oleh ibu, 'dibujuk wae kondur sik iki bapak' (Bapak tolong dibujuk untuk pulang)," lanjut Alissa.
Alissa sontak menelpon sang ayah dan memohon agar menyelesaikan cuci darah dan kembali ke Jombang ketika kondisi sudah memungkinkan.
Gus Dur tetap bersikukuh ke Jombang, jatuh pingsan dan sakit
Sayangnya, Gus Dur tak mengindahkan keinginan sang putri dan tetap bersikukuh mengunjungi pesantren Tebuireng, Jombang lantaran diundang secara langsung oleh Kyai pengasuh, Muhammad Hasyim Asy'ari yang oleh Gus Dur disapa akrab dengan 'Mbah Hasyim'.
"Enggak nak, bapak sudah dipanggil Mbah Hasyim. Bapak harus ke Jombang," kata Alissa menirukan ucapan mendiang Gus Dur.
Gus Dur kala tiba di Jombang langsung pingsan dan jatuh sakit sehingga harus dilarikan ke rumah sakit terdekat. Adapun Gus Dur tak sempat sampai ke pesantren Tebuireng.
"Sampai ke Jombang beliau terjatuh karena lemas dan langsung dibawa ke rumah sakit, di RSUD Jombang. Belum sempat ke maqbaroh Tebuireng," curhat Alissa.
Alissa akhirnya kesana kemari mencari dokter dan akhirnya mendatangkan seorang dokter dari Surabaya. Alissa harus bersikeras agar sang dokter mau menyusul ke Jombang.
Namun pada akhirnya Gus Dur lah yang mau dibujuk untuk ke rumah sakit di Surabaya dan beristirahat.
Gus Dur berfirasat dimakamkan di Tebuireng
Mengejutkannya, Gus Dur di tengah perjalanan seakan-akan mengubah pikirannya dan mengatakan dirinya harus ke Tebuireng untuk memenuhi undangan Kyai Hasyim. Kala itu Gus Dur tiba-tiba kebingungan lantaran ambulans yang membawanya ke Surabaya melewati Mojokerto.
"Kok di Mojokerto? Aku ini mau ke Tebuireng, aku diundang Mbah Hasyim," kata Alissa menirukan Gus Dur.
Ambulans langsung berbalik arah ke Tebuireng. Sesampainya di sana ia berziarah ke makam dan berpesan kepada sepupunya untuk didoakan agar pekan depan dapat sampai di tempat yang sama alias makam tersebut.
Tanpa disangka, pekan depannya Gus Dur wafat dan diantar keluarga untuk dimakamkan di Tebuireng.
"Gus Dur meminta kepada seorang sepupu agar bisa datang (di Tebuireng). Minggu setelahnya kami mengantarkan Gus Dur untuk dimakamkan di Tebuireng," ujar Alissa.
Kontributor : Armand Ilham