Termasuk budaya terompet di Tahun Baru. Jika itu bukan budaya kaum muslimin, maka kita tidak perlu ikut-ikutan.
Buya Yahya menegaskan, "Jadi kita tidak boleh ikut-ikutan itu bukan masalah Malaikat Israfil meniup terompet. Akan tetapi, kita tidak boleh menyerupai suatu kaum".
Ia pun menekankan bahwa meskipun dalam Islam budaya meniup terompet tahun baru itu tidak ada, para umat muslim tidak boleh mencaci tradisi ini.
"Kaum muslimin berhak mengingkari budaya tersebut. Yang enggak boleh adalah mencaci dan mengolok," ujarnya.
Sebab menurutnya, setiap orang punya cara ibadah masing-masing menurut agama dan kepercayaan sendiri.
Tahun Baru Identik Terompet
![Pengerajin menyelesaikan pembutan terompet di Kawasan Kota Tua, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (28/12). [Suara.com/Muhaimin A Untung]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/12/28/54943-penjual-terompet.jpg)
Tradisi meniup terompet tahun baru masehi ini berasal dari orang Yahudi. Bangsa Yahudi menyambut perayaan tahun baru dengan cara meniup terompet.
Perlu diketahui bahwa perayaan tahun baru Yahudi jatuh pada bulan ke-7 dalam kalender Yahudi atau yang dikenal dengan kalender Julian. Pergantian tahun Yahudi terjadi pada bulan ke-7 yakni Tisyri.
Saat Romawi Kuno menguasai bangsa Yahudi pada 63 SM, sistem kalender mereka diubah menjadi kalender Gregorian yang digunakan hingga sekarang.
Baca Juga: Hukum Menantu Jatuh Cinta Kepada Mertua Menurut Agama, Begini Kata Buya Yahya
Budaya meniup terompet oleh bangsa Yahudi kemudian diadopsi oleh Romawi Kuno. Tradisi ini kemudian bertahan hingga sekarang dalam perayaan Tahun Baru masehi.