Suara.com - Perayaan tahun baru masehi selalu identik dengan terompet dan masyarakat umum pun turut meramaikan dengan meniupnya. Lantas dalam agama, bagaimana hukum meniup terompet tahun baru dalam Islam?
Pertanyaan serupa juga ditanyakan oleh pendengar program Tanya Buya kepada pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya. Buya pun menjelaskan hukum meniup terompet tahun baru dalam Islam.
Terompet tahun baru dianggap sebagai benda yang wajib ada sama seperti kembang api. Kemudian namun kebudayaan dan tradisi ini tidak ada dalam Islam.
Bahkan dalam Islam, tradisi merayakan tahun baru masehi pun tidak ada. Sebab, Islam memiliki tahun barunya sendiri, yaitu Tahun Baru Hijriah.
Baca Juga: Hukum Menantu Jatuh Cinta Kepada Mertua Menurut Agama, Begini Kata Buya Yahya
Dalam sebuah video yang diunggah ke kanal YouTube Al-Bahjah TV pada 25 Desember 2022, Buya mendapat pertanyaan seperti berikut.
"Tahun baru itu biasanya kita merayakannya dengan meniup terompet, kalau dari Islam sendiri itu hukumnya seperti apa? Apakah benar dengan meniup terompet itu sama dengan memancing Sangkakala?" tanya seorang perempuan.
Buya langsung menjawab dan tidak membenarkan klaim tersebut. Meniup terompet tahun baru tidak serta merta memancing Sangkakala.
"Bukan, jadi para ulama menjelaskan, anda bukan Malaikat Israfil yang meniup terompet," ujar Buya.
Meniup terompet itu kebiasaan, menurut Buya Yahya. Tidak ada masalah orang meniup terompet tahun baru 2023 sekalipun. Namun Islam memiliki rambu-rambu yang perlu diperhatikan umatnya.
Baca Juga: Ini 4 Tips Capai Resolusi Tahun Baru 2023, Agar Tak Cuma Jadi Wacana
"Jika ada sebuah budaya yang bukan dalam Islam dan itu menjadi ciri khas keagamaan atau budaya yang menurut Islam tidak sesuai, maka kita tidak boleh meniru," Buya menjelaskan.
Termasuk budaya terompet di Tahun Baru. Jika itu bukan budaya kaum muslimin, maka kita tidak perlu ikut-ikutan.
Buya Yahya menegaskan, "Jadi kita tidak boleh ikut-ikutan itu bukan masalah Malaikat Israfil meniup terompet. Akan tetapi, kita tidak boleh menyerupai suatu kaum".
Ia pun menekankan bahwa meskipun dalam Islam budaya meniup terompet tahun baru itu tidak ada, para umat muslim tidak boleh mencaci tradisi ini.
"Kaum muslimin berhak mengingkari budaya tersebut. Yang enggak boleh adalah mencaci dan mengolok," ujarnya.
Sebab menurutnya, setiap orang punya cara ibadah masing-masing menurut agama dan kepercayaan sendiri.
Tahun Baru Identik Terompet
Tradisi meniup terompet tahun baru masehi ini berasal dari orang Yahudi. Bangsa Yahudi menyambut perayaan tahun baru dengan cara meniup terompet.
Perlu diketahui bahwa perayaan tahun baru Yahudi jatuh pada bulan ke-7 dalam kalender Yahudi atau yang dikenal dengan kalender Julian. Pergantian tahun Yahudi terjadi pada bulan ke-7 yakni Tisyri.
Saat Romawi Kuno menguasai bangsa Yahudi pada 63 SM, sistem kalender mereka diubah menjadi kalender Gregorian yang digunakan hingga sekarang.
Budaya meniup terompet oleh bangsa Yahudi kemudian diadopsi oleh Romawi Kuno. Tradisi ini kemudian bertahan hingga sekarang dalam perayaan Tahun Baru masehi.
Perlu diketahui, Tujuan bangsa Yahudi meniup terompet saat tahun baru adalah untuk mengumpulkan orang untuk melakukan ibadah. Perayaan tahun baru Yahudi adalah Rosh Hashanah.
Pada malam tahun baru, mereka melakukan ibadah dengan meniup terompet yang bernama Shofar.
Shofar merupakan sebuah terompet yang terbuat dari tanduk seekor Greater Kudu. Shofar termasuk salah satu jenis terompet tertua di dunia yang sudah ada sejak 1.500 SM.
Seperti itulah penjelasan tentang hukum meniup terompet tahun baru dalam Islam menurut penjelasan Buya Yahya.