Suara.com - Di tengah mencuatnya kabar reshuffle kabinet yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), menjadi nama yang diduga kuat akan dikorbankan dalam kebijakan tersebut.
Pengamat politik di Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA), Herry Mendrofa, mengatakan SYL menjadi sosok yang paling mungkin meninggalkan jajaran kabinet lebih cepat jika Presiden Jokowi benar-benar mengambil langkah reshuffle—terlebih jika dibandingkan dengan dua menteri dari Partai Nasdem lainnya, yaitu Johnny G. Plate selaku Menteri Komunikasi dan Informatika dan Siti Nurbaya Bakar selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"SYL (berpotensi terdampak reshuffle)," kata Herry pada Rabu (28/12).
Herry menambahkan bahwa alasan politis kemungkinan menjadi dasar pertimbangan Jokowi dalam menentukan perombakan kabinet. Hal ini karena gencarnya kampanye Nasdem untuk Anies Baswedan yang dianggap sebagai antitesis sang presiden.
“(Alasannya) lebih kepada faktor politis," ungkapnya.
Pekan lalu, Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, secara terbuka meminta agar dua menteri dari Nasdem dievaluasi.
"Mentan dievaluasi, Menhut dievaluasi … semua menteri juga dievaluasi … supaya ada satu darah baru yang segar, mendukung penuh kebijakan Pak Jokowi, untuk menuntaskan janji kampanye sebelumnya," kata Djarot, Jumat (23/12).
Memang, kata dia, reshuffle merupakan hak prerogratif Presiden Jokowi. Menurutnya, menjelang berakhir masa jabatan perlu juga adanya evaluasi.
"Kalau reshuffle urusan Pak Jokowi untuk bisa mengevaluasi. Evaluasi kinerja seluruh menteri, apalagi menjelang berakhir masa jabatan presiden. Sehingga program-program yang sudah dicanangkan oleh pak Jokowi itu betul-betul bisa tercapai. Sudah waktunya dievaluasi," tuturnya.
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.