Blak-blakan PSK di Aceh: Pejabat Jadi Pelanggan, Ada yang Punya Fetish Gigit Telinga sampai Berdarah

Senin, 26 Desember 2022 | 16:59 WIB
Blak-blakan PSK di Aceh: Pejabat Jadi Pelanggan, Ada yang Punya Fetish Gigit Telinga sampai Berdarah
Melati dan Mawar, pekerja seks komersial (PSK) di Banda Aceh. (YouTube/Shaleh Abdullah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anak memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi bila yang bersangkutan merupakan ibu tunggal karena harus bercerai dari suami yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Kisah ini seperti yang diungkap Melati dan Mawar, dua pekerja seks komersial (PSK) di siniar Sisi Lain di kanal YouTube Shaleh Abdullah.

"Salah satunya (alasan menjadi PSK) faktor ekonomi. Saya kan punya tanggung jawab, tapi karena di sini lowongan kerja juga sulit, jadi mau nggak mau saya lakukan itu," terang Melati, dikutip pada Senin (26/12/2022).

Ibu tunggal dengan dua anak itu bahkan rela cuma menerima upah Rp400-500 ribu dari satu pelanggannya, semata demi bisa menyambung hidup keluarga kecilnya.

Baca Juga: Pilu Kisah PSK di Aceh, Rela Cuma Dibayar Rp500.000 demi Anak

Ilustrasi pengguna jasa pekerja seks komersial (Shutterstock).
Ilustrasi pengguna jasa pekerja seks komersial (Shutterstock).

Mirisnya, uang tersebut diperoleh Melati dan Mawar dari pejabat-pejabat, baik dari dalam dan luar Aceh, yang menjadi pelanggan mereka.

"Salah satunya ada (pelanggan pejabat). Di pusat ada, di Aceh ada. (Kenalnya) melalui media sosial," tutur Melati.

"Dari oknum-oknum tertentu juga ada," sambung Mawar, merujuk pada mucikari yang membantu mencarikan pelanggan dan tempat untuk bertransaksi.

Padahal, menurut Melati dan Mawar, oknum-oknum mucikari ini tidak memedulikan PSK-nya kendati mereka merampas setengah penghasilan.

Padahal, risiko pekerjaan mereka sebagai PSK begitu besar. Tak selalu bertemu dengan pelanggan yang memperlakukan mereka dengan manusiawi, beberapa pejabat yang dilayani bahkan tega melakukan hal-hal yang sedikit tidak lazim.

Baca Juga: Mengingat Kembali Peristiwa Tsunami Aceh yang Kini Telah 18 Tahun Berlalu

Cara Melaporkan Kekerasan Seksual (pexels)
Ilustrasi Kekerasan Seksual (pexels)

"Dukanya kadang kita kan berhadapan dengan begitu banyak laki-laki. Kadang ada yang memang betul-betul kasihan, ada yang memperlakukan dengan manusiawi," ujar Melati.

"Pernah (mengalami kekerasan dari pelanggan), seperti dijambak, diantukin (dijedotkan) ke dinding. Banyak, pernah juga digigit (telinganya) sampai berdarah. (Biasanya karena) kelainan," imbuh Mawar.

Situasi yang sangat rentan membuat mereka berharap mendapat perlindungan, terutama dari mucikari yang telah mencarikan pelanggan.

Namun upaya mereka memprotes perlakuan tidak manusiawi dari pelanggan ternyata hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan mucikari, alias tidak dipedulikan.

Mirisnya, Melati dan Mawar mengaku tidak punya pilihan lain. "Yang saya cari di dunia ini adalah untuk mencukupi kebutuhan anak saya," tegas Melati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI