"Walaupun mereka tidak merayakan, tapi mereka tetap berusaha menciptakan suasana Natal yang hangat untuk saya."
Berbekal perasaan tersebut, Nila mengajarkan kepada Sienna, anaknya yang berusia delapan tahun, untuk menggunakan momen Natal sebagai kesempatan berbagi kepada siapa saja tanpa memandang agama mereka.
"Saya selalu mengajarkan ke Sienna bahwa act of love-nya [tanda kasih Natal] itu kita lakukan dengan memberikan hadiah ke saudara-saudara kita yang agamanya bukan Kristen," katanya.
"Seperti misalnya tradisi memberikan hadiah berdasarkan wishlist [daftar permintaan hadiah] dari anak-anak panti asuhan walaupun kami enggak kenal dengan mereka," ujar Nila.
Nila dan Sienna sudah menyusun rencana merayakan Natal pertama mereka di Australia sejak pindah dari Jakarta Juli lalu.
Mereka akan melanjutkan tradisi menghias pohon Natal, membuat kue untuk dibagikan kepada teman dan tetangga, mendengarkan lagu dan menonton film Natal, pergi ke gereja, dan membuka hadiah bersama.
Nila juga mengatakan telah menerima undangan makan siang bersama dari teman-temannya dari komunitas Indonesia.
"Walau ini menjadi Natal pertama kami di Australia dan kami tidak bisa merayakannya dengan saudara, kami akan merayakannya dengan teman di sini," ujar Nila.
"Memang ketika kita tinggal jauh dari rumah, teman-teman menjadi keluarga, tempat berbagi kasih dan semangat Natal bersama."