"Saya tidak pernah mendapatkan komentar negatif tentang perayaan Natal kami dari teman-teman masyarakat Indonesia," katanya.
"Anak laki-laki saya bersekolah di sekolah Katolik [meski dia tidak dibaptis] dan orangtua saya beragama Islam, begitu pula ipar perempuan saya yang menikah dengan pria Muslim asal Lebanon."
"Jadi keluarga saya benar-benar keluarga campuran dari segala latar belakang," kata Dea.
Sate ayam jadi hidangan Natal
Acara kumpul keluarga untuk makan siang bersama saat hari Natal juga selalu digelar oleh keluarga Winda Tafsier, warga asal Indonesia yang menikah dengan pria Australia.
"Kami muslim tapi keluarga suami saya bukan muslim. Karena mertua saya sudah sepuh, acara kumpul-kumpul setiap Natal selalu diadakan di rumah kami," kata Winda kepada ABC Indonesia.
"Mereka tahu saya tidak merayakan Natal, tapi kami selalu berkumpul pada hari Natal karena saya menghargai keyakinan mereka," ujarnya.
Winda mengatakan 'ham' atau daging babi dari bagian kaki belakang, biasanya menjadi hidangan khas Natal di Australia.
Tapi karena ia tidak memakannya, hidangan 'ham' diganti menjadi sate ayam.
"Karena acara makan-makan ini diadakan di rumah kami, jadi tidak ada menu ham. Kalau diadakannya di rumah keluarga yang lain, pasti ada ham," ujarnya.
"Ibu mertuaku biasanya membawa seafood platter, ada juga yang membawa salada, mie dan tentu saja kue-kue," katanya.