Suara.com - Santa Claus adalah figur yang paling dinanti kehadirannya setiap tahun dalam perayaan Hari Natal. Namun ternyata ada sisi gelap Santa Claus yang perlu kalian ketahui.
Biasanya, Santa Claus di-visual-kan sebagai sosok orang tua dengan jenggot putih yang sangat ramah dan baik kepada anak-anak. Ia juga identik memakai mantel warna merah.
Dibalik itu, ada sisi gelap Santa Claus yang dikenal bernama Krampus. Dalam budaya Eropa, Santa dan Krampus adalah karakter yang menggambarkan kebaikan dan kejahatan.
Apa itu Krampus?
Baca Juga: Kumpulan Doa Natal 25 Desember 2022 untuk Menyambut Kelahiran Yesus
Dikutip dari nationalgeographic.com, Krampus adalah makhluk setengah kambing, setengah iblis yang mengerikan. Sosoknya benar-benar membuat seseorang menjadi baik dan tidak mau berbuat nakal.
Krampus selalu digambarkan dengan tanduk, rambut hitam, taring, kuku tajam dan lidah panjang. Dia disebut-sebut menjadi musuh Santa Claus.
Perlu diketahui, dalam agama Katolik, St. Nicholas adalah santo pelindung anak-anak. Munculnya sosok Santa Claus ini pun berasal dari kisah St. Nicholas.
Sementara Krampus adalah karakter anti-St. Nicholas yang datang membawa rantai serta lonceng yang diikat bersama dengan tongkat birch yang berfungsi untuk memukul anak-anak nakal.
Krampus kemudian mengangkut anak-anak nakal itu ke dunia bawah.
Asal-Usul Krampus
Nama Krampus berasal dari istilah Jerman kuno "krampen", yang berarti cakar, dan dikatakan sebagai putra Hel dalam mitologi Norse. Binatang legendaris itu juga memiliki karakteristik yang sama dengan makhluk iblis menakutkan lainnya dalam mitologi Yunani, termasuk satyr dan faun.
Legenda tersebut merupakan bagian dari tradisi Natal berusia berabad-abad di Jerman, di mana perayaan Natal dimulai pada awal Desember.
Krampus diciptakan sebagai sisi gelap St. Nicholas yang baik hati, yang menghadiahi anak-anak dengan permen. Krampus, sebaliknya, akan memukuli anak-anak yang "jahat", memasukkan mereka ke dalam karung, dan membawa mereka pergi ke sarangnya.
Menurut cerita rakyat, Krampus konon muncul di kota-kota pada malam tanggal 5 Desember, yang dikenal sebagai Krampusnacht, atau Malam Krampus.
Keesokan harinya, 6 Desember, adalah Nikolaustag, atau Hari St. Nicholas, ketika anak-anak melihat ke luar pintu mereka untuk melihat apakah kaus kaki atau sepatu bot yang mereka tinggalkan pada malam sebelumnya berisi hadiah karena telah perilaku baik.
Tujuan Krampus sebenarnya sama seperti Santa, yaitu membuat anak berperilaku baik. Namun yang satu dilakukan dengan cara menakut-nakuti sementara Santa Claus dengan memberi hadiah.
Sempat Dilarang
Diberitakan National Geographic, Krampus sempat ditekan selama bertahun-tahun oleh Gereja Katolik di Eropa selama Perang Dunia II. Sebab dianggap sebagai ciptaan aliran sosial demokrat yang tidak sesuai dengan ideologi mereka.
Kekinian, Krampus telah bangkit kembali selama beberapa tahun terakhir, khususnya dalam budaya pop. Karakternya dinilai menjadi jawaban bagi orang mencari cara untuk merayakan musim Natal dengan cara non-tradisional.
Di Amerika Serikat, masyarakat menyambut sisi gelap Natal dengan film Krampus, menayangkan segmen televisi khusus "Krampus". Mereka mengadakan pesta Krampus, menghadiri Krampusnacht lokal (di kota-kota seperti Washington, DC, dan New Orleans), dan berlari dalam balapan bertema Krampus.
Sementara di Austria, Krampus bahkan dikomersialkan dengan menjual cokelat, patung, dan terompet yang dapat dikoleksi. Itulah sisi gelap Santa Claus, Krampus.