Suara.com - Ditinggal suami untuk selamanya, tak lekas membuat Darti melepas tanggung jawab merawat kedua putra dan ibu mertuanya yang sudah lansia. Darti menggantungkan nasib ke pengepul konveksi demi memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Sayang, jasa warga Banjar Kapit, Desa Nyaliyan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung tersebut hanya dihargai Rp2.000 per kemeja. Maksimal dalam sehari Darti mendapatkan upah Rp50.000. Jumlah tersebut mau tak mau harus ia cukupkan untuk sekolah anaknya dan membeli kebutuhan pokok.
Ketabahan Darti atas kondisi tersebut mulai membuahkan hasil. Atas arahan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, Darti mendapatkan bantuan Rumah Sejahtera Terpadu (RST) dan Pahlawan Ekonomi Nasional (PENA).
Untuk RST, Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan bantuan Rp20 juta. Rumah Darti sedang dalam pengerjaan. Kelak, ia tak lagi terkena tampias saat hujan tiba dan lebih nyaman menjahit.
Baca Juga: Cek Bansos BLT BBM dan BPNT Desemmber 2022 via Link Ini dan Dapatkan BLT Rp500.000
Dari PENA, Darti menerima bantuan berupa mesin jahit listrik, biaya tambah daya, kursi mesin jahit, set peralatan menjahit, dan benang jahit 1 rol. Darti juga tercatat sebagai penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako/BPNT.
Berbagai bantuan tersebut menambah semangat Darti untuk mengais rezeki.
"Ada keinginan untuk belajar memotong kain sendiri. Sehingga tidak lagi bergantung pada pengepul. Semoga dengan bantuan ini produksi jahitan makin banyak dan modal untuk membuka usaha konveksi sendiri cepat terkumpul," tutur Darti.
Pada kesempatan tersebut, Darti juga menyampaikan ucapan terimakasih. Pasalnya, mesin jahit baru dari Kemensos membuat pekerjaannya bisa lebih cepat terselesaikan.
“Senang ada yang ngebantu. Semoga bisa meningkatkan perekonomian untuk biaya anak sekolah. Kalau mesin sebelumnya saya beli bekas orang dan hanya mampu menjahit 25 kemeja per hari karena mesinnya agak lambat dan hidupnya lama,” kata Darti.