Suara.com - Hasil tes uji kebohongan Richard Eliezer atau Bharada E dengan menggunakan alat poligraf diungkap dalam persidangan pembunuhan berencana Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Fakta itu disampaikan oleh ahli poligraf, Aji Febrianto di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022). Adapun yang duduk sebagai terdakwa ialah Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Maruf, Bripka Ricky Rizal dan Bharada E yang hadir secara virtual.
Berawal saat jaksa menanyakan Aji mengenai pertanyaan apa yang disodorkan ke Richard sewaktu ditea menggunkan poligraf. Aji menerangkan Richard ditanyai perihal penembakan Brigadir Yosua.
Baca Juga: Hasil Uji Poligraf Dinyatakan Jujur, Ekspresi Ricky Rizal Langsung Full Senyum
"Untuk Saudara Richard pertanyaan, 'Apakah kamu memberikan keterangan palsu bahwa kamu menembak Yosua?'. Jawaban Richard 'tidak'," kata Aji.
Aji menyebut Richard menjawab dengan jujur. Berdasarkan alat poligraf, Richard dengan jujur telah menembak Yosua.
"Jawabannya tidaknya ini jujur, memang Richard ini menembak Yosua," sambung Aji.
Akurasi Tes Poligraf 93 Persen
Sebelumnya, Aji Febrianto menyatakan tes poligraf Sambo Cs punya akurasi 93 persen.
Baca Juga: Tak Terima Hasil Alat Uji Kebohongan, Kuat Maruf Protes: Saya Sudah Jujur, Kok di Poligraf Bohong?
Dia menjelaskan setidaknya ada tiga tahapan pemeriksaan, yakni pre test, test, dan post test.
Dia mengatakan Sambo Cs dipasangi alat-alat dengan empat sensor, yaitu sensor pernapasan dada, pernapasan perut, elektro derma, dan sensor radiovaskular.
Adi menambahkan jika pemeriksa Sambo Cs merupakan orang yang harus ahli di bidang poligraf. Maka dari itu, tingkat akurasi tes poligraf akan semakin tinggi hasilnya.
"Saudara jelaskan bahwa menurut standar di Amerika, tingkat keakuratannya 93 persen, 7 persen sisanya?" tanya jaksa.
"7 persen sisanya lebih ke-expert-an seorang pemeriksa," ungkap Aji.
"Semakin pandai seorang pemeriksa, nilai keakuratan tes ini akan semakin tinggi. Untuk nilai ambang bawahnya 93 persen," imbuh Aji.