Suara.com - Remy Sylado adalah seorang sastrawan penggagas Puisi Mbeling. Namun profil Remy Sylado tengah menjadi sorotan karena sastrawan ini tutup usia.
Untuk mengenang jasa-jasanya, simak profil Remy Sylado yang dirangkum Suara.com dalam artikel berikut.
Remy Sylado Meninggal Dunia
Sebagian orang mungkin sudah tidak asing dengan puisi ini. Puisi "Mbeling" adalah bagian gerakan mbeling yang digagas oleh Remy Sylado. Gerakan mbeling, yaitu suatu gerakan untuk mendobrak sikap rezim Orde Baru yang dianggap munafik.
Baca Juga: Dialami Sastrawan Remy Sylado Sebelum Meninggal, Kenapa Penyakit Stroke Bisa Sampai Menahun?
Kini, Remy Sylado diketahui telah tutup usia. Remy Sylado dikabarkan telah meninggal dunia pada hari Senin (12/12/2022), di mana kabar duka tersebut sempat dibagikan oleh politisi Fadli Zon melalui akun media sosialnya @fadlizon.
Remy Sylado meninggal dunia di kediamannya kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur. Hal ini juga dibenarkan oleh sang istri, Emmy Tambajong. Remy tutup usia di umur 77 tahun, setelah dirinya sempat merasakan sakit pada malam hari sebelumnya.
Remy Sylado sempat tidak mau makan, hingga hal itu berimbas pada perutnya yang bermasalah karena membengkak. Pada saat itu, Remy Sylado mengeluh kesakitan pada tubuhnya, kemudian pihak keluarga sempat berniat agar Remy Sylado dibawa ke IGD esok paginya.
Menurut penuturan sang istri, pagi harinya mereka tidak mendapatkan ambulance untuk mengantar Remy Sylado ke Rumah Sakit hingga pukul 12.00 WIB.
Tak lama kemudian, Remy Sylado memberikan respons yang cukup mengkhawatirkan, nafasnya mulai melemah dan membuat pihak keluarga panik, lalu Remy menghembuskan nafas terakhirnya beberapa saat setelahnya.
Baca Juga: Remy Sylado Menderita Stroke Sejak 2 Tahun Terakhir
Mari simak ulasan mengenai profil Remy Sylado yang telah berhasil dirangkum dari berbagai sumber di bawah ini.
Profil Remy Sylado
Remy Sylado lahir di Malino, Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 Juli 1945 silam. Nama lengkapnya adalah Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong atau Yapi Panda Abdiel Tambayong.
Dirinya terlahir dari pasangan suami-istri, yaitu Johannes Hendrik Tambayong dan Juliana Caterina Panda. Diketahui, sejak duduk di bangku sekolah dasar, Remy Sylado memiliki bakat dalam menulis kaligrafi Arab. Selain itu, Remy Sylado juga memiliki bakat dalam dunia seni peran.
Di masa kecilnya, Remy pernah menjadi tokoh drama ketika berumur empat tahun sebagai seekor domba di kandang natal. Selain itu, Remy juga pernah bermain drama berjudul "Midsummer Night's Dream" karya Shakespeare.
Untuk perjalanan karier, Remy Sylado mengawali kariernya sebagai seorang penulis. Pada tahun 1963 silam, Remy menjadi seorang wartawan dari surat kabar Sinar Harapan. Lalu dua tahun kemudian, Remy Sylado menjadi redaktur Harian Tempo Semarang. Setelah itu, Remy juga pernah menjadi redaktur Tempo Semarang hingga tahun 1966.
Kemudian, Remy Sylado dipercaya untuk mengemban tugas sebagai redaktur Majalah Aktuil di Bandung pada tahun 1970. Hingga akhirnya sosok Remy menjadi seniman yang serba bisa. Remy menjalani berbagai profesi, di antaranya adalah penyair, novelis, cerpenis, dramawan, kritikus sastra, pemusik, penyanyi, penata rias, aktor, illustrator, wartawan, dan dosen.
Pelopor Puisi Mbeling
Remy Sylado memang dikenal sebagai pelopor Puisi Mbeling, di mana puisi Mbeling ini merupakan gerakan Mbeling yang dicetuskan Remy Sylado.
Gerakan Mbeling merupakan suatu gerakan yang dimaksudkan mendobrak sikap rezim Orde Baru. Benih gerakan ini mulai dikenalkan oleh Remy Sylado pada tahun 1971, ketika dirinya mementaskan dramanya berjudul Messiah II di Bandung.
Hanya saja pada waktu itu, istilah Mbeling belum diperkenalkan. Istilah itu baru dipopulerkan pada tahun 1972, tepatnya saat Remy mementaskan dramanya "Genessis II di Bandung".
Seperti itulah profil Remy Sylado, sastrawan Indonesia yang meninggal dunia pada Senin (12/12/2022).
Kontributor : Rishna Maulina Pratama