Kasus Kalideres, Pakar Psikologi Forensik Beberkan Alasan Mendiang Dian Tidak Kuburkan Sang Ibu

Jum'at, 09 Desember 2022 | 19:30 WIB
Kasus Kalideres, Pakar Psikologi Forensik Beberkan Alasan Mendiang Dian Tidak Kuburkan Sang Ibu
Penampakan saat polisi menggelar olah TKP kasus satu keluarga tewas di Kalideres, Jakbar. (Suara.com/Yaumal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Misteri kasus tewasnya satu keluarga di Citra Garden, Kalideres Jakarta Barat akhirnya terpecahkan, setelah polisi melakukan penyelidikan lintas bidang atau interkolaborasi profesi.

Dalam penjelasan yang disampaikan saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengemukakan, jika penyelidikan terkait kasus ini menggunakan interkolaborasi profesi yang melibatkan sejumlah bidang profesi, mulai laboratorium forensik, digital forensik, kedokteran forensik, psikologi forensik dan juga sosiologi.

Terkait penelusuran sejumlah fakta, salah satunya dibeberkan Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APFI) Renny Kusumawardhani. Salah satunya mengenai tidak dikuburkannya jenazah Renny Margaretha.

Menurut Reni, ada beberapa hal yang kemudian mendorong Dian Febbyana tidak memakamkan jasad sang ibu, meski telah meninggal dunia.

Baca Juga: Kasus Kalideres Resmi Dihentikan, Polisi Segera Serahkan 4 Jenazah ke Keluarga

"Karena ada dukacita yang patologis yang dialami oleh Dian," ujar Reni saat konferensi pers, Jumat (9/12/2022).

Kondisi tersebut kemudian menciptakan delusi seolah sang ibu masih hidup meski secar rasional ia mengetahui jika Renny Margaretha sudah meninggal.

"Sehingga masih membangun satu delusi seolah ibunya itu masih hidup meskipun secara rasional dia tahu bahwa ibunya sudah tidak ada," katanya.

Lantaran dianggap masih hidup, Dian kemudian meneruskan kegiatan merawat jasad ibunya di kamar rumah seperti seolah-olah sedang tidur.

"Ada situasi deny pada Mba Dian yang dia bangun seolah-olah ibunya masih hidup, tampak di TKP alasnya masih sangat bersih dia tampak seperti dirawat dan posisinya pun tidur," kata Reni.

Baca Juga: Kasus Keluarga Tewas di Kalideres, Ini Alasan Jenazah Rudyanto Tidak Dimakamkan

Sebelumnya diberitakan, Renny memastikan jika keempat anggota keluarga tersebut meninggal dengan cara yang wajar, yakni sakit atau tua. Meski begitu, secara psikolgis, Renny menganalisa jika keempat orang tersebut memiliki sifat unik semasa hidup. Ia memulai dari kepribadian Rudyanto.

"Ciri kepribadian khas merujuk pada karakteristik yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, cenderung membatasi diri," ujarnya.

Renny mengemukakan, secara kognitif Rudyanto memiliki IQ yang rata-rata ke atas. Selain itu, ia mengemukakan kepribadian Rudy tidak menyerah dengan kesehatan yang dideritanya, karena terlihat sudah menjalani vaksin.

Namun, saat Rudy meninggal, justru tidak dimakamkan oleh pihak keluarga. Renny mengemukakan, kemungkinan besar saat itu, pihak keluarga mengalami masalah keuangan.

"Situasi keuangan yang menipis, terlihat dari keluar masuknya uang di buku tabungan," katanya.

Kondisi tersebut yang menyebabkan Rudy tidak dimakamkan sang istri, Renny menyebut jika istri Rudy memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Renny Margaretha disebut memiliki psikologis yang unik, yakni ingin tampil unggul tapi tidak sesuai dengan ekspektasinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI