Fakta-fakta Menarik Prosesi Siraman sampai Midodareni Kaesang dan Erina

Jum'at, 09 Desember 2022 | 15:41 WIB
Fakta-fakta Menarik Prosesi Siraman sampai Midodareni Kaesang dan Erina
Presiden Jokowi Unggah Momen Siraman Kaesang Pangarep (Instagram @Jokowi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep dan calon istri Erina Gudono akan melangsungkan akad nikah di Pendopo Royal Ambarrukmo hari Sabtu (10/12/2022).

Keduanya yang akan melakukan pernikahan menggunakan adat Jawa pun harus melewati berbagai rangkaian prosesi. Beberapa di antaranya yaitu acara siraman dan midodareni yang berlangsung pada hari ini, Jumat (9/12/2022).

Lantas, seperti apakah fakta menarik prosesi siraman sampai midodareni Kaesang dan Erina Gudono tersebut? Simak informasi lengkapnya berikut ini.

Jalani Prosesi Siraman yang Berbeda

Baca Juga: Ini 7 Sumber Mata Air Digunakan Prosesi Siraman Kaesang, Termasuk Air Zam Zam

Meskipun sama-sama berasal dari suku Jawa, Kaesang dan Erina melakukan proses siraman yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan Kaesang berasal dari Solo, sedangkan Erina berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan menggunakan adat Jawa, pernikahan Kaesang dan Erina dibagi menjadi dua, yaitu adat Keraton Surakarta Solo dan adat Keraton Yogyakarta.

Oleh karenanya, tidak heran ada perbedaan siraman antara Kaesang dan juga Erina. Secara garis besar, rangkaian acara kedua mempelai sama, tetapi keduanya juga mempunyai rincian yang sedikit berbeda.

Prosesi siraman adat Keraton Surakarta berjumlah sembilan. Makna dari angka sembilan sendiri adalah untuk mengenang keluhuran Wali Songo.

Sementara itu, dalam adat Keraton Yogyakarta, siraman berjumlah tujuh. Makna dari angka tujuh sendiri yaitu pitulung, yang artinya dapat memberikan pertolongan.

Baca Juga: Potret Erina Gudono saat Pengajian Jelang Pernikahan Beredar: Jangan Minta Sertifikat Rumah Ya Mba!

Secara umum, prosesi siraman adat Keraton Surakarta dilanjutkan dengan pelaksanaan upacara dodol dawet. Dodol dawet atau jual dawet sendiri merupakan sebuah simbol dari kata ‘kemruwet’ yang menyimbolkan harapan agar saat melangsungkan pesta pernikahan, jumlah tamu yang hadir akan banyak.

Sedangkan, dalam adat Keraton Yogyakarta, sebenarnya hampir memiliki kesamaan dengan adat Keraton Surakarta. Hanya saja, terdapat tambahan lainnya, seperti tarian edan-edanan atau beksan edan-edanan (tari gila-gilaan).

Tarian tersebut memiliki makna sebagai sarana mengusir bala. Tarian tersebut juga dimaksudkan sebagai pengusiran roh gentayangan yang mungkin dapat mengganggu rangkaian upacara panggih.

Rangkaian Siraman

Prosesi siraman secara simbolik memiliki makna agar sang pengantin mempunyai tekad untuk berperilaku, bertindak, dan bertutur kata bersih dan baik selama menjadi pasangan suami-istri.

Tata cara siraman sendiri dimulai dengan menyiapkan air kembang setaman yang digunakan untuk menyiram kedua mempelai. Biasanya air tersebut berasal dari beberapa tempat yang berbeda-beda.

Kemudian, calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman akan dijemput oleh kedua orang tuanya dari kamar.

Calon pengantin kemudian dituntut sampai ke tempat siraman dengan diiringi oleh sanak saudaranya. Kemudian, calon pengantin siap di tempatnya, acara akan diawali dengan melakukan doa bersama.

Adapun urutan orang yang menyiramkan air dimulai dari sang ayah, kemudian ibunya, lalu diikuti oleh orang-orang yang dituakan. Pihak terakhir yang turut menyiram biasanya adalah juru rias atau sesepuh yang telah disepakati sejak awal.

Setelah prosesi siraman dilakukan, calon pengantin akan dikeramasi dengan beberapa piranti atau ubarampe, yaitu landha merang, santen kanil, dan air asam.

Tidak hanya itu, calon pengantin juga diluluri tubuhnya dengan konyoh, lalu disiram air sampai bersih. Prosesi tersebut kemudian akan ditutup dengan melakukan doa bersama, lalu penyiraman air kendi yang telah disiapkan kepada calon pengantin.

Pelaksanaan Acara di Kediaman Erina

Di kediaman Erina, agenda pertamanya adalah mahjong pasarean atau menghias kamar pengantin wanita. Dalam acara tersebut, dihadiri langsung oleh istri Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, dan juga istri dari Adipati Paku Alam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam.

Lalu, acara diikuti dengan prosesi pemasangan bleketepe. Agenda tersebut dilakukan secara terpisah di kediaman Kaesang dan Erina.

Bleketepe ini disebut-sebut bisa menolak bala dan juga upaya penyucian, sehingga diharapkan untuk seluruh hajatan pernikahan akan berjalan lancar dan dijauhkan dari niat yang jahat.

Kemudian, agenda selanjutnya di kediaman Erina adalah upacara cethik geni, yaitu prosesi menyalakan api sebagai penanda memasak nasi besar. Cethik geni ini adalah tradisi yang hanya dilakukan pada keluarga yang pertama kali menikahkan anak.

Seperti diketahui bersama bahwa dari keluarga Erina, baru Erina saja yang menikah. Erina melangkahi kedua kakaknya yang merupakan seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Oleh karenanya, Erina harus melakukan prosesi langkahan yaitu meminta restu dan juga keikhlasan dari kedua kakaknya, karena Erina akan menikah lebih dulu.

Setelah akhirnya diberikan restu dan doa, baru diberikan seserahan kepada kakak-kakak Erina dalam acara langkahan tersebut. Tampak Erina dan kakak perempuannya, Nadia Sofia Gudono meneteskan air mata selagi calon mempelai bersimpuh di pangkuan sang kakak.

Setelah langkahan, agenda berikutnya yang dilakukan di kediaman Erina adalah Erina memohon restu kepada sang ibu.

Baru kemudian prosesi siraman yang dilakukan oleh ibu Erina dan beberapa pihak keluarga yang sudah dipilih untuk menyiramkan air ke Erina.

Pada malam harinya, akan dilangsungkan malam midodareni yang mana disini pihak dari mempelai pria akan berkunjung ke Yogyakarta untuk menemui keluarga Erina.

Jadi, pada nanti malam Kaesang akan ditemani oleh sang ayah, Presiden Jokowi dan Iriana Jokowi untuk menghadap keluarga Erina.

Menariknya, pada saat mempelai pria tiba di rumah Erina, ia tidak diperkenankan berjumpa atau menemui calon istrinya, karena Erina masih menjalani pingitan. Bisa disebut bahwa malam midodareni merupakan malam terakhir bagi kedua calon pengantin berstatus lajang.

Busana yang dikenakan Erina Gudono Saat Siraman

Dalam siraman yang dilakukan, Erina menggunakan busana batik khas Yogyakarta dengan motif Nogosari dan grompol pas potong rikmo. Legenda Nogosari merupakan pohon tempat di mana Dewi Shinta memohon kepada Tuhan agar dipertemukan kembali dengan Sri Rama Wijaya.

Pohon Nogosari ini merupakan simbol cinta kesetiaan luar biasa. Adapun rangkaian bunga yang digunakan oleh Erina yaitu menggunakan klip melati dengan motif kawung lambang dulur papat limo pancer.

Arti dari rangkaian bunga tersebut yaitu ketika manusia dilahirkan mulai dari rahim ibu, ada proses panjang yang menyertai manusia hidup, sampai kembali pada Tuhan.

Sedangkan, pada saat malam Midodareni, Erina akan mengenakan busana batik wahyu tumurun. Adapun arti dari busana batik tersebut yaitu mempelai akan berusaha memberi sebaliknya, melayani sebisa mungkin, sekuat tenaga kepada pasangannya sampai akhir hayat.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI