Suara.com - Putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dipastikan akan naik pelaminan pada 10 Desember 2022 mendatang, dengan mempersunting kekasihnya Erina Gudono.
Terkait dengan pernikahan tersebut, Kaesang dan Erina akan melewati sejumlah rangkaian acara adat, baik yang diselenggarakan sebelum maupun sesudah mereka sah menjadi suami istri.
Salah satu rangkaian acara adat yang akan mereka lewati adalah ngunduh mantu, yang dilakukan setelah resepsi pernikahan. Adapun acara ngunduh mantu Kaesang dan Erina akan digelar di Loji Gandrung yang merupakan Rumah Dinas Wali Kota Solo.
Kakak Kaesang sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka sudah mengizinkan rumah dinasnya dijadikan lokasi acara ngunduh mantu.
Ia mengatakan, kediamannya itu akan digunakan hanya sebagai titik awal kirab mempelai ketika hendak menuju Mangunegaran.
Namun di balik acara ngunduh mantu Kaesang dan Erina, Loji Gandrung merupaka lokasi yang memiliki cerita menarik. Tak hanya menjadi ikon Kota Solo, Loji Gandrung juga sarat dengan nilai sejarah. Dan berikut adalah ulasannya.
1. Didirikan pada 1830
Acara ngunduh mantu Kaesang dan Erina akan terasa berbeda karena digelar di sebuah bangunan yang sudah berusia ratusan tahun.
Menurut laman resmi Pemkot Surakarta, Loji Gandrung merupakan bangunan yang didirikan oleh arsitektur bernama C.P. Wolff Schoemaker pada 1830. Dengan begitu, kini usia bangunan tersebut sudah 192 tahun.
Loji Gandrung yang terletak di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Surakarta ini dibangun dengan gaya arsitektur Neo-Klasik.
2. Awalnya tempat tinggal saudagar gula
Setelah dibangun, awalnya Loji Gandrung merupakan tempat tinggal salah satu saudagar perkebunan gula dan tuan tanah di Boyolali yang bernama Jihannes Augustinus Dezentje yang akrab dipanggil Tinus.
Pembangunan Loji Gandrung sendiri dilakukan setelah Tinus menikah dengan salah satu anggota keluarga Keraton Kasunanan Surakarta, yang bernama Raden Ayu Cokrokusumo.
3. Asal muasal nama Loji Gandrung
Ketika menempati Loji Gandrung, Johannes Augustinus Dezentje atau Tinus, memiliki seperangkat alat kesenian gamelan yang ia letakkan di teras rumah.
Karena itu pula ia sering menggelaracara kesenian dengan mengundang sejumlah relasinya. Karena acara itulah, warga sekitar menjuluki rumah tersebut dengan nama Loji Gandrung.Konon ceritanya, itulah yang menjadi asal usul rumah itu disebut Loji Gandrung.
4. Berubah fungsi pada masa kemerdekaan
Seiring berjalannya waktu, fungsi dari Loji Gandrung mengalami perubahan, diantaranya ketika masa kemerdekaan Indonesia.
Bangunan yang semula digunakan sebagai tempat tinggal itu diubah fungsinya menjadi markas pusat pasukan pimpinan Jenderal Gatot Subroto, pada saat Agresi Militer II Belanda.
Jelang Serangan Umum 1 Maret 1949, Loji gandrung digunakan sebagai tempat menyusun strategi oleh Komandan Brigade V Letkol Slamet Riyadi.
5. Sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya
Setelah mengalami perubahan fungsi, pada 3 Mei 2013, Loji Grandrung ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
Dan untuk menjaga dan merawat bangunan bersejarah ini, pemerintah mendirikan sebuah wisma berlantai dua di belakangnya.
Wisma itulah yang ketika itu dijadikan rumah dinas Wali Kota Solo. Bangunan Loji Gandrung baru ditempati pada Agustus 2020.
Kontributor : Damayanti Kahyangan