Padahal, Perekonomian Indonesia sangat bergantung pada pariwisata dari Australia yang merupakan sumber wisata nomor satu Indonesia sebelum pandemi.
Ribuan orang asing terbang ke pulau tropis Bali setiap bulan untuk menikmati cuaca hangatnya, menikmati bir Bintang yang murah, dan pesta pantai sepanjang malam.
Sementara ribuan mahasiswa pascasarjana Australia terbang ke Bali setiap tahun untuk merayakan kelulusan SMA.
Indonesia Jadi Negara Bahaya Dikunjungi?

Sudah umum, negara-negara Asia termasuk Indonesia menjadi magnet wisatawan asing. Setiap tahun ribuan wisatawan berkelana ke berbagai negara tujuan di Asia.
Di Indonesia, Bali menjadi destinasi wisata paling populer bagi orang asing menghabiskan masa liburannya.
Namun, sebagaimana disitat dari situs perbandingan asuransi The Swiftest, melansir 12 dari 25 negara berbahaya yang paling mematikan berada di kawasan Asia.
Meskipun mendominasi berbagai panduan dan daftar tujuan perjalanan yang harus dikunjungi, negara-negara Asia memiliki indeks keamanan yang buruk menurut The Swiftest. Pemeringkatan ditentukan berdasarkan tujuh faktor yaitu tingkat pembunuhan, tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas, tingkat kematian keracunan, tingkat kematian kondisi tidak sehat, tahun hidup yang hilang karena penyakit menular, tahun hidup yang hilang karena cedera dan risiko bencana alam.
Indonesia termasuk dalam peringkat ke-10 dari 50 negara berbahaya yang masuk kategori mematikan di seluruh dunia. Urutan pertama adalah Afrika Selatan, lalu India, Republik Domika, Mexico, Brasil, Kamboja, Filipina, Arab Saudi dan Vietnam. Negara Asia lain yang dinilai mematikan adalah Cina, Thailand, Iran, Uzbekistan, Kirgistan, Malaysia, dan Uni Emirat Arab. Sementara Korea Selatan, Jepang, Israel dan Singapura berada di urutan 25 terbawah.
Baca Juga: Perjalanan Panjang Pengesahan RKUHP: Digodok Alot, Didemo, Tetap Kontroversial saat Diresmikan
Dari 50 negara yang paling banyak dikunjungi, India memiliki persentase kematian tertinggi akibat kondisi kebersihan yang buruk (18,6 per 100.000 orang). Kesenjangan kekayaan yang ekstrem di negara itu juga terdaftar sebagai faktor penyebab, dengan perkiraan lebih dari 1,3 miliar orang hidup dalam kemiskinan dan kondisi hidup yang buruk.