Suara.com - Eks Karo Provos Propam Polri Benny Ali membeberkan sejumlah kesaksian saat hadir dalam persidangan Selasa (6/12/12) di Pengadilan Negeri, Jakarta Selatan. Ia merasa ditipu atas kasus pembunuhan terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J yang direkayasa Sambo.
Benny bersaksi ingin tangkap Ferdy Sambo sendirian hingga mengaku berani melabrak suami Putri Candrawathi itu karena dirinya merasa dibohongi. Nah, berikut kesaksian Benny Ali selengkapnya.
Ingin Tangkap Sendiri Ferdy Sambo
Dalam persidangan tersebut, Benny Ali yang dihadirkan sebagai saksi mengaku ingin menangkap Ferdy Sambo sendirian. Tepatnya jika sedari dulu sudah mengetahui kasus kematian Brigadir J direkayasa.
Baca Juga: Ngaku Syok hingga Suruh Bharada E Setop Tembakan, Ferdy Sambo Ambil Senjata Yosua buat Tembak Tembok
Momen itu bermula saat jaksa mencecar Benny soal tugas dari Provos datang ke Rumah Duren Tiga di hari kematian Yosua. Ia menjawab, divisi itu bertugas untuk mengamankan para petinggi Polri.
Kemudian, jaksa bertanya pandangan Benny terhadap kasus Yosua. Ia mengaku tidak mengetahui skenario yang dirancang Sambo Cs. Menurutnya, mungkin karena Provos datang satu jam setelah kejadian.
Benny menyatakan apabila sedari awal tahu skenario itu, dirinya tidak akan ragu menangkap Ferdy Sambo sendirian. Ia juga akan meminta Sambo bertanggung jawab karena banyak korban cerita palsunya.
"Seandainya kita tahu (ada rekayasa skenario), seandainya... mohon maaf Pak Sambo, saya yang nangkap! Harus bertanggung jawab. Kasihan banyak korban," ujar Benny.
"Itu kan setelah bapak tahu," timpal jaksa.
Baca Juga: Beda Versi Cerita Ferdy Sambo dan Bharada E soal Isu Perselingkuhan, Siapa yang Ngarang?
"Iya setelah kita tahu," kata Benny.
"Pak Benny sendiri yang tangkap?" tanya jaksa lagi.
"Iya," jawab Benny.
Sebut Sambo pegang pangkat sambil bilang jaga marwah keluarga
Benny juga bersaksi sempat melihat Ferdy Sambo memegang pangkat setelah penembakan Brigadir Yosua. Adegan itu, katanya, dilakukan ketika Sambo menjelaskan pelecehan kepada istrinya, Putri Candrawathi.
Ia memperagakan adegan pegang pangkat tersebut. Benny menambahkan saat momen itu terjadi, Ferdy Sambo sebagai jenderal bintang dua juga menyebut soal menjaga marwah keluarganya.
"Selanjutnya Pak FS (Ferdy Sambo) menjelaskan sambil megang juga, karena di video ditampilkan megang-megang pangkat. 'Tidak ada guna saya pangkat bintang 2 kalau saya tidak bisa jaga marwah daripada keluarga saya'," ujar Benny menirukan ucapan Sambo.
Ungkap curhatan Putri soal pelecehan seksual
Hakim bertanya soal keberadaan Putri saat kejadian berlangsung. Benny mengatakan, dia dan Kombes Susanto bertemu istri Ferdy Sambo itu di rumah Jalan Saguling.
"Ibu PC di mana?" tanya hakim.
"Ibu PC di rumah Saguling," jawab Benny.
Kala itu, Benny bertanya kepada Putri soal kejadian sebenarnya. Sambil menangis, istri Sambo itu bercerita soal pelecehan seksual yang dilakukan Yosua terhadapnya hingga membuatnya teriak. Pelecehan disebut Putri dialaminya seusai pulang dari Magelang.
"Apa yang diceritakan Ibu PC?" tanya hakim.
"Bu Putri nangis waktu itu. Beliau sampaikan bahwa saat itu beliau baru pulang dari Magelang, pakai celana pendek, istirahat di Duren Tiga. sedang santai. Jadi almarhum Yosua melaksanakan pelecehan. Sehingga beliau (PC) teriak," beber Benny.
"Dipegang-pegang," imbuh Benny.
"Paha?" tanya hakim.
"Iya," kata Benny.
Sebut istrinya paling menderita
Benny merasa kena prank usai mengetahui penembakan Brigadir J adalah rekayasa. Ia mengungkapkan rasa keberatan dan kesedihannya karena terseret kasus Ferdy Sambo. Menurutnya, kejadian ini sudah membuat keluarganya menanggung beban yang berat.
"Yang paling berat hukumannya itu sebenarnya bukan patsus-nya, tapi beban yang kami terima ini terhadap anak kami, istri kami, keluarga kami. Itu yang paling berat," kata Benny.
Hukuman penahanan di tempat khusus (patsus) selama sebulan menurut Benny tidak sebanding dengan kekecewaan dan beban keluarganya di hadapan masyarakat. Ia juga mengatakan istrinya yang paling menderita dalam hal ini.
"Sedih (karena kasus Sambo). Ya yang paling menderita itu adalah istri saya," ungkap Benny.
Berani Labrak Sambo
Benny bercerita sempat bertemu secara langsung dengan Ferdy Sambo saat keduanya dipindahkan ke Patsus. Ia kala itu berani melabrak dan menyampaikan kekecewaannya terhadap Sambo karena sudah merekayasa kasus kematian Yosua.
Ia menyebut Sambo sudah tega mengorbankan dirinya dalam kasus Brigadir Yosua. Rekayasa yang dirancang Sambo itu, lanjut Benny, sudah menghancurkan kariernya serta para anggota Polri yang lain.
"Waktu di Mako Brimob saat olahraga, kan kita (saya dan Sambo) nggak boleh ketemu. Pada kesempatan olahraga, saya bilang, 'Komandan tega sudah menghancurkan saya dan keluarga'," cerita Benny.
"Termasuk adek-adek kita komandan. Komandan harus bertanggung jawab. Kasihan semua akhirnya. Gara-gara komandan, banyak sekali korban'," lanjutnya.
Sambo kemudian menyampaikan permintaan maaf atas kebohongan tersebut dan mengatakan Benny tidak bersalah dalam kasus Yosua. Ia juga akan menjelaskan bahwa Benny dan bawahannya yang lain tak terlibat.
"Beliau bilang 'Iya Pak, maafin saya Pak. Gara-gara saya semuanya seperti ini. Ya nanti saya coba jelaskan (di persidangan) kalau abang dan yang lainnya itu tidak bersalah. Semua ini berita bohong saya, prank saya yang membawa adik-adik semua'," ungkap Benny.
"Dia (Sambo) tahu juga sudah membuat kita ini menderita, kasihan. 'Mungkin kita dengar ada rekayasa, ada yang tidak tahu- menahu sama sekali. Komandan harus menjelaskan, karena di luar itu beritanya lain komandan. Seolah-olah kita masuk ke dalam persengkokolan'," imbuh Benny.
"'Iya maaf, saya salah'," kata Benny lagi mengulang ucapan Sambo.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti