"Jadi kemarin ngomongnya ngegas. Dalam hati saya kalau jenderal udah bisa ngegas senior inilah yang saya alami," ujar Susanto Haris.
Dikira ada serangan teroris, disuruh bawa pelindung tubuh dan senjata ke rumah Sambo
Momen awal Susanto diseret ke tengah kasus Brigadir J adalah ketika ia diminta Benny Ali datang ke rumah Sambo lengkap dengan pelindung tubuh dan senjata laras panjang.
"Saya menghadap dengan berpakaian dinas dan memakai sandal karena habis salat Jumat. 'Perintah Ndan'. 'Segera ke rumah Kadiv. Saya ditelepon Pak Kadiv Propam, ada penembakan, bawa senjata panjang dan body vest," ujar Susanto sembari menirukan ucapan Benny.
Sontak kala itu Susanto mengira bahwa ada serangan teroris yang terjadi di lokasi tersebut.
"Saya pikir kok bawa senjata tajam dan body face. Apa ada teroris, apa ada anggota yang marah?" ungkapnya.
Nangis dan kecewa dengan Sambo
Menjelang persidangan, kekecewaan Susanto kepada Sambo kian menumpuk. Bahkan pada satu kesempatan, Susanto tak kuasa menahan air mata akibat kekecewaannya terhadap Sambo.
Susanto kecewa lantaran Sambo yang berpangkat Jenderal tega menghancurkan karier sesama anggota Polisi lainnya akibat kasus tersebut.
Baca Juga: Murka Bharada E Koar-koar Wanita Misterius, Ferdy Sambo Janjikan 'Pembalasan' Ini di Sidang
"Kecewa, kesal, marah, jenderal kok bohong. Susah nyari jenderal. Kami paranoid nonton tv, media sosial, jenderal kok tega menghancurkan karier. 30 tahun saya mengabdi, hancur pengabdian saya," ujar Susanto sembari meneteskan air mata.