Suara.com - Reuni 212 dengan tajuk "Munajat Akbar Indonesia Bersholawat" digelar pada Jumat (2/12/2022) di Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur dari pukul 03:00 WIB hingga 09:00 WIB. Acara ini terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena tak digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
Seperti diketahui, Reuni 212 adalah lanjutan dari demonstrasi bertajuk Aksi 212 yang digelar pada 2 Desember 2016 silam di lapangan Monas. Acara Reuni 212 ini pun menyimpan berbagai kisah gara-gara pergantian tempat tersebut.
Yuk simak cerita manis dan pahit Reuni 212 di Masjid At-Tin berikut ini.
Peserta lebih senang Reuni 212 di Monas ketimbang Masjid At-Tin
Baca Juga: Sejarah Masjid At-Tin Lokasi Reuni 212: 'Buah Tin' Untuk Kenang Istri Soeharto
Mita (26), salah satu peserta yang hadir mengungkap lebih senang suasana Reuni 212 digelar di Lapangan Monas ketimbang di Masjid At-Tin. Walau begitu, ia sebenarnya tak mempermasalahkan lokasi Reuni 212.
"Kalau di Monas itu pusat kota. Acaranya jadi tersorot banget kan. Entah kenapa suasananya lebih wah aja kalau di sana. Tapi kalau di sini (Masjid At-Tin) juga enggak apa-apa, yang penting kita bisa mensukseskan," kata Mita pada Kamis (1/12/2022) malam.
Bukan hanya Mita, Saiful Bahri (30) juga mengungkap hal senada. Ia mengaku kaget mendapat kabar bahwa Reuni 212 dipindah ke Masjid At-Tin pada Selasa (29/11/2022) lalu.
"Saya kira kan awalnya di sekitar Monas atau Istana karena dari bulan lalu rencananya mau di sana kan. Ternyata Selasa ada pengumuman dipindah di sini," ujar Saiful yang datang dari Purwakarta, Jawa Barat.
"Ada yang beda aja, dulu kan di lapangan luas banget terus ada panggung besar-besar. Ada Habib Rizieq juga dateng, asik aja suasananya," lanjutnya.
Baca Juga: Muncul Poster "Munajat untuk Anies Baswedan, Islamkan Indonesia," Nasdem Bantah Terlibat Acara Itu
Khusus tahun ini, Reuni 212 dipindah ke Masjid At-Tin dengan berbagai pertimbangan. Acara ini dimulai dengan salat tahajud, salat subuh berjemaah hingga munajat dan tausyiah para tokoh yang hadir.
Habib Rizieq dipaksa datang Reuni 212
Penanggung Jawab Reuni 212, Yusuf Martak mengaku memaksa Rizieq datang demi menghindari hal-hal tidak diinginkan. Ia terpaksa memaksa Rizieq datang ke Masjid At-Tin karena ada ancaman dari jemaah.
Jemaah rupanya mengancam mendatangi kediaman Rizieq di Petamburan, Jakarta Pusat, apabila yang bersangkutan tidak hadir dalam agenda reuni 212.
Disebutkan juga bahwa Rizieq sebetulnya dalam kondisi yang kurang sehat karena flu, kecapekan dan banyak tamu.
Dalam acara tersebut, Rizieq mengungkap sebelumnya acara Reuni 212 akan digelar di Monas hingga Masjid istiqlal. tapi perizinan penyelenggaraan acara di dua lokasi tersebut ditolak.
Singgung pemimpin rambut putih ala Jokowi dan peci putih
Dalam Reuni 212, Yusuf Martak sempat menyindir politik "rambut putih dan wajah berkerut" yang sempat diungkit Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pemimpin yang sangat memikirkan rakyat. Hal itu diungkap dalam agenda reuni PA 212.
"Dan InsyaAllah walaupun rambutnya hitam tapi peci-pecinya putih ini yang menyenangkan bagi saya. InsyaAllah antum semua pulang dengan bercahaya, tidak berkerut mukanya," ujar Yusuf yang disambut sorai peserta reuni.
Sebelumnya, "rambut putih" jadi perbincangan publik karena pidato Jokowi yang menyebut ciri pemimpin yang bekerja untuk rakyat adalah berambut putih dan mempunyai kerutan wajah.
Presiden Jokowi menyampaikan pernyataan itu ketika berpidato di depan relawan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, beberapa waktu lalu.
Tak undang Anies Baswedan
Satu hal berbeda dari reuni 212 kali ini yakni tidak mengundang Anies Baswedan. Menurut Yusuf Martak, Anies Baswedan berkaitan dengan politik sehingga tak bisa diundang.
Pihak Reuni 212 juga tidak ingin ada politik praktis di acara tersebut alhasil tokoh yang diundang hanya ulama, habib dan ustaz.
Reuni 212 di Masjid At-Tin ditolak GAMII
Reuni 212 ternyata sempat mendapatkan penolakan dari massa Geraka Aktivis Mahasiswa Islam Indonesia (GAMII). Mereka berunjuk rassa di depan balai kota dan menuntut PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk menolak izin acara tersebut.
Menurut GAMII, masjid tidak sepantasnya dijadikan lokasi reuni 212 lantaran bisa menjadi tempat provokasi. Mereka juga menyebut acara tersebut berpotensi merusak citra masjid.
Tak sampai di situ, massa GAMII juga menyampaikan pesan tegas kepada umat Islam agar tidak membahas politik di rumah ibadah.
Kontributor : Trias Rohmadoni