Suara.com - Kebijakan lockdown yang diterapkan oleh pemerintah Tiongkok kepada masyarakat mereka kini menjadi polemik. Pasalnya, banyak warga yang memprotes kebijakan ini karena merasa selalu dibatasi gerak geriknya sehingga menyulitkan aktivitas bermasyarakat, termasuk kegiatan sekolah dan aktivitas pabrik.
Hal inilah yang memicu aksi demo masyarakat yang memprotes kebijakan ini dan turun ke jalan demi menuntut hak mereka. Sejumlah kota termasuk ibukota, Beijing pun dipenuhi oleh para demonstran yang meneriakkan "Stop lockdown" membuat kota tersebut terlihat mencekam.
Ribuan orang memprotes kebijakan tersebut dan memaksa Presiden Tiongkok, Xi Jinping turun dari jabatannya. Tak hanya masyarakat Tiongkok, berbagai kepala negara lain yang melihat fenomena ini pun ikut mengecam kebijakan lockdown. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Simak inilah serba-serbi lockdown Tiongkok selengkapnya.
Alasan pemerintah berlakukan lockdown
Baca Juga: Pemerintah China Dituding Sebar Konten Porno di Twitter Demi Tutupi Demonstrasi
Sebagai negara yang pertama kali menemukan kasus Covid-19 di dunia, hal ini membuat pemerintah Tiongkok lebih waspada demi menekan angka penyebaran virus.
Pemerintah Tiongkok pun mengeluarkan peraturan lockdown pada Selasa, (22/11/2022) lalu untuk kesekian kalinya. Hal ini membuat setidaknya 14 juta penduduk harus berada di rumah selama 100 hari dan menjadi hari paling panjang mereka selama pemberlakuan lockdown sejak awal.
Kebakaran Urumqi, Xinjiang picu kemarahan
Kebakaran hebat yang menyebabkan puncak kemarahan publik pun terjadi pada Kamis (24/11/2022). Kebakaran tersebut menewaskan setidaknya 10 orang warga yang terjebak dengan dugaan pembatasan kegiatan di luar sehingga mereka tidak melarikan diri.
Hal ini pun buru-buru dikonfirmasi oleh pejabat Urumqi yang membantah hal tersebut membuat warga tersebut tewas
Baca Juga: Pandemi Covid-19 di China Kembali Menggila, Tes CPNS Ditunda
Jalanan dipadati demonstran
Ribuan demonstran pun akhirnya turun ke jalan di berbagai daerah di Tionkok sejak Jumat (25/11/2022) untuk menyuarakan pendapat dan suara mereka kepada pemerintah Xinjiang, terutama pemerintah Tiongkok atas pembatasan yang membuat mereka harus terhalang dalam berkegiatan.
Tak hanya itu, mereka juga menuntut Presiden Tiongkok, Xi Jinping turun dari jabatannya karena dirasa tidak dapat memimpin Tiongkok dengan baik dan menimbulkan banyak problematika di masyarakat.
Di daerah Sungai Liangma, Beijing para warga ikut melakukan unjuk rasa dengan membawa kertas putih sebagai simbol protes mereka.
Pemerintah memblokir beberapa kata di internet
Protes masyarakat Tiongkok juga tidak terjadi di jalan-jalan saja. Media sosial di Tiongkok pun ikut ramai dengan protes warga setempat.
Pemerintah Tiongkok melakukan sensor dalam beberapa kata, seperti Sungai Liangma dan Jalan Urumqi karena dua tempat tersebut menjadi kata kunci paling banyak yang disebut oleh warganet Tiongkok. Hal itu membuat dua tempat tersebut tidak dapat ditemukan di media sosial manapun di Tiongkok.
Ada warga yang ditahan polisi
Presiden Xi Jinping pun diketahui bereaksi dengan memerintahkan aparatnya untuk menangkap para warga yang dianggap provokator dalam aksi unjuk rasa.
Menyandur dari media Tiongkok AFP, ada dua orang di Shanghai yang ditangkap polisi karena dianggap tidak mematuhi peraturan dan dianggap membuat keributan.
Reaksi pemimpin dunia
Kabar soal protes besar-besaran yang terjadi di Tiongkok ini juga sampai ditelinga Presiden AS, Joe Biden. Ia pun memberikan reaksi soal kabar protes ini.
"Dia memantau kita semua. Orang harus diberi kebebasan untuk menyuarakan pendapat mereka." ujar Biden melalui juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.
Kontributor : Dea Nabila