Suara.com - Indonesia terkenal dengan adanya beragam suku yang tersebar di berbagai wilayah, salah satunya ada Suku Dayak di Kalimantan. Sampai saat ini, suku Dayak masih memegang erat adat dan juga tradisinya secara turun temurun. Hingga tak heran jika tradisi suku Dayak dan asal-usulnya sangat menarik untuk dibahas.
Seperti yang diketahui, suku Dayak adalah penduduk asli yang sudah mendiami Pulau Kalimantan sejak puluhan tahun lalu. Menurut sejarah, suku Dayak memiliki total 268 sub-suku yang kemudian dibagi menjadi 6 rumpun yakni Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Iban, Rumpun Apokayan, Rumpun Murut, dan juga Rumpun Ot Danum.
Masing-masing sub-suku serta rumpun Suku Dayak ini memiliki adat istiadat, budaya, dan juga tradisi yang hampir sama. Keberadaan masyarakat Suku Dayak dari Pulau Kalimantan juga tidak hanya bisa ditemukan di wilayah Indonesia, akan tetapi juga sampai ke negara tetangga tepatnya di Sabah dan Sarawak, Malaysia.
Pada awalnya, nama Suku Dayak merupakan pemberian penjajah Belanda yang saat itu tengah menempati pulau Kalimantan karena melakukan ekspansi di pulau Borneo. Suku Dayak merupakan suku asli pedalaman yang tinggal di dekat aliran sungai di hutan Kalimantan.
Tempat tinggalnya yang berada di tengah hutan ini, membuat mayoritas penduduk suku Dayak dikenal dengan kebudayaan maritim atau baharinya. Hal ini lantaran rata-rata mata pencaharian mereka yaitu sebagai nelayan di huluan sungai untuk mencari bahan baku makanan.
Total ada 268 sub kelompok etnis suku umumnya tinggal di aliran sungai atau pegunungan pedalaman wilayah selatan dan di tengah pulau Kalimantan. Diketahui, suku ini pernah mendirikan sebuah kerajaan namun akhirnya dikalahkan oleh kerajaan Majapahit. Ketika kerajaan tersebut runtuh, banyak masyarakat Dayak terpisah.
Salah satu alasanya karena mereka telah mengenal agama, seperti Islam, Kristen, Budha dan lainnya. Sehingga mereka lebih memilih lepas dari adat dan kebudayaan Dayak karena bertentangan dengan ajaran agamanya. Mereka yang memilih meninggalkan kampung halaman, kemudian membentuk koloni baru, yaitu suku Melayu dan Banjar.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, suku Dayak memiliki 6 rumpun. Keenam rumpun itu antara lain yakni Rumpun Klemantan, Rumpun Murut, Rumpun Iban, Rumpun Apokayan, Rumpun Punan dan Rumpun Ot Danum- Ngaju. Rumpun Dayak Punan adalah sub etnis suku Dayak yang diperkirakan paling lama berada di pulau Kalimantan.
Selanjutnya, kenam rumpun Dayak tersebut, kembali diklasifikasikan menjadi 405 sub-etnis suku Dayak yang masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda-beda. Namun, beberapa tradisi dan budayanya masih tak jauh berbeda dengan etnis aslinya.
Tradisi Suku Dayak
Sebagai suku terbesar di Indonesia, suku Dayak memiliki beragam tradisi yang unik dan berbeda dari suku lainnya. Berikut ini beberapa tradisi unik suku Dayak:
1. Telingaan Aruu
Tradisi pertama suku Dayak yaitu telingaan Aruu atau tradisi Suku Dayak memanjangan telinga. Tradisi ini sudah dilakukan turun temurun. Untuk dapat memanjangkan teling, mereka harus menggunakan anting-anting yang berbentuk gelang besar dan terbuat dari tembaga. Anting-anting berukuran besar jika dalam bahasa kenyah disebut dengan belaong.
2. Kwangkey
Kwangkey atau Kuangkay adalah upacara kematian yang masih dilakukan oleh sub etnis Suku Dyaka Benuaq yang mendiami hutan pedalaman Kalimantan Timur. Adapun tradisi ini berasal dari kata ke dan angkey. Ke artinya adalah melakukan ataupun melaksanakan, sementara angkey adalah bangkai.
Berdasarkan istilah bahasa daerah setempat, Kwangkey memiliki makna membuang bangkai. Atau jika dimaknai secara lebih sederhananya adalah melepaskan diri dari duka dan mengakhiri masa berkabung karena ditinggal orang terdekat.
Adapun upacara adat tersebut dilakukan untuk menghormati dan memuliakan para roh leluhur yang sudah meninggal. Setelah upacara kematian dilakukan, diharapkan roh leluhur mendapatkan kebahagiaan dan juga tempat layak di akhirat sana.
3. Kaharingan
Tradisi Suku Dayak selanjutnya adalah Kaharingan. Kaharingan merupakan kelompok agama Hindu yang kemudian dikenal sebagai Hindu Kaharingan. Akan tetapu seiring berkembangnya zaman, sebagian masyarakat suku Dayak yang merubah agama Kaharingan menjadi Budha versi Tionghoa. Selain itu, ada beberapa pemeluk agama Islam yang terbentuk karena perkawinan dengan Suku Melayu.
4. Tari Gantar
Tari Gantar adalah salah satu tradisi asli Suku Dyak. Tarian ini dilakukan untuk pergaulan muda-mudi Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Tarian Gantar bertujuan untuk mengekspresikan kegembiraan dan juga keramahan dalam menyambut tamu, baik iti wisatawan ataupun tamu kehormatan. Tari ini juga memiliki fungsi untuk menyambut para pahlawan dari medan perang. Terdaoat tiga jenis tarian Gantar, antara lain Gantar Rayat, Gantar Busai, serta Gantar Senak dan Kusak.
5. Mantat Tu’Mate
Tradisi mantat tu’mate merupakan tradisi untuk mengantarkan orang yang meninggal dunia. Ritual mantat tu’mate dilakukan selama tujuh hari tujuh malam dengan acara iring-iringan musik dan tari tradisional. Setelah upacara selesai, barulah jenazahnya akan dimakamkan.
Itulah tadi tradisi suku Dayak dan asal-usulnya yang sangat menarik untuk terus dilestarikan. Semoga menambah wawasan!
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari