Suara.com - Usai mengatakan sosok yang ideal untuk memimpin Indonesia adalah yang memiliki rambut putih, Presiden Joko Widodo menerima banyak komentar serta kritik. Salah satunya adalah dari Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, yang menyebut pernyataan tersebut sebuah “pembodohan”.
Menurut Kamhar, ucapan Presiden Jokowi ketika menghadiri kegiatan Nusantara Bersatu pada akhir pekan lalu sama sekali tidak mencerdaskan dari sisi akademik.
"Apa yang dilakukan Pak Jokowi sejatinya adalah praktek mempertontonkan kebodohan dan pembodohan," ujar Kamhar dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/11), seperti dilaporkan oleh Warta Ekonomi.
Kamhar mengatakan tidak ada satu pun literatur tentang studi kepemimpinan yang menemukan ciri kepemimpinan yang disebutkan Jokowi adalah yang terbaik untuk rakyat.
"Bahwa keriput dan rambut putih adalah ciri pemimpin yang tahu penderitaan rakyat dan pro rakyat. Keriput dan rambut putih lebih tepat sebagai tanda-tanda penuaan," tuturnya.
Oleh karenan itu, Kamhar mengatakan ucapan Jokowi itu malah membuatnya tidak dianggap sebagai pemimpin yang cerdas di antara rakyatnya.
"Kita berbaik sangka, jangan-jangan Pak Jokowi tidak memahami dengan cermat isi pidatonya, hanya membaca dan membeo pada apa yang disajikan orang disekelilingnya," ucapnya. "Sebagaimana dulu, pernah terjadi di awal pemerintahannya menandatangani Perpres yang tak dicermatinya lalu kemudian menyalahkan bawahannya.”
Sebelumnya, dalam acara Nusantara Bersatu yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada Sabtu (26/11), Jokowi menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia menjelang pemilihan presiden 2024 dan sempat berguyon bahwa sosok yang memikirkan rakyat dapat dilihat dari penampilan fisiknya, seperti memiliki rambut putih dan banyak kerutan di wajah.
"Kelihatan banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat, ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua. Jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu keliatan dari penampilannya," tuturnya.
"Kalau wajahnya 'cling' bersih, tidak ada kerutan di wajahnya hati-hati.”
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk memilih sosok pemimpin yang tidak hanya menghabiskan waktu di istana dan tidak banyak menghabiskan waktu untuk berada di tengah-tengah masyarakat.
"Jangan sampai kita memilih pemimpin yang nanti hanya senangnya duduk di istana yang AC-nya dingin. Jangan sampai, saya ulang, jangan sampai kita memilih pemimpin yang senang duduk di istana yang AC-nya sangat dingin," ujarnya.