Gara-gara Harga Set Top Box Melejit Tak Karuan, Anggota DPR Ini Jadi Sasaran Kemarahan Warga

Rabu, 23 November 2022 | 16:32 WIB
Gara-gara Harga Set Top Box Melejit Tak Karuan, Anggota DPR Ini Jadi Sasaran Kemarahan Warga
Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar Bobby Adhityo Rizaldi. [Tangkapan layar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar Bobby Adhityo Rizaldi desak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengawasi harga Set Top Box (STP) sebagai alat bantu untuk beralih ke televisi digital.

Pasalnya, Bobby menerima aduan dari masyarakat terutama dari warga Sumatera Selatan (Sumsel) terkait harga Set Top Box mencapai Rp500 ribu.

"Waktu itu disampaikan dalam rapat bahwa harganya sekitar Rp150 ribu dan Rp200 ribu, tapi sekarang di pasaran sudah sampai Rp400 ribu sampai Rp500 ribu," kata Bobby dalam rapat kerja bersama Komisi I dengan Kominfo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/11/2022).

Bobby, dalam rapat, mempertanyakan kepada Menkominfo Johnny G Plate terkait pengawasan harga STB maupun regulasinya. Menurutnya, regulasi terhadap pengaturan harga akses STB menjadi pertanyaan kekinian di masyarakat.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Set Top Box Bagus Harga di Bawah Rp 200 Ribu untuk Nonton Siaran TV Digital

"Apakah ada pengawasan terhadap harga? Atau kah ini benar-benar diserahkan kepada mekanisme pasar berdasarkan suplai dan demain," ungkapnya.

Memang menurutnya, pemerintah sudah menyalurkan secara gratis STB ke masyarakat. Namun, kata dia, jumlahnya masih kurang. Kondisi tersebut membuat dirinya juga banyak dikomplain oleh masyarakat terutama di daerah pilihnya.

"Banyak benar kita ini dikomplain, pak. Pas dikomplain, saya bilang, ya ini kan kalau buat yang mampu bisa beli lah harganya cuma Rp 200.000, malah kita dimarahin pak. Kata siapa bapak, Rp200 ribu, ini saya mau beli di luar Rp400 ribu," tuturnya.

Lebih lanjut, Bobby menyayangkan ternyata ada fakta bahwa harga STB di pasaran tidak sesuai yang dijanjikan pemerintah. Untuk itu, ia meminta ada kepastian soal regulasi harga STB.

"Karena STB ini kan bukan barang mewah, pak. Ini adalah device atau alat untuk memastikan masyarakat yang belum memiliki digital televisi, bisa mengakses informasi yang sudah ASO ini," tuturnya.

Baca Juga: Cara Pasang Set Top Box TV Digital di Rumah, Tak Perlu Panggil Teknisi

"Nah ini yang ingin kami pastikan sehingga masyarakat itu tidak terbebani, mungkin mereka kalau harganya tetap Rp150 ribu tidak akan ada pertnayaan-pertanyaan ya mohon dimaklumi," sambungnya.

Harga STB Mahal

Sebelumnya, seorang Warga Bukit Duri Jakarta Selatan, Bambang mengaku tidak sanggup untuk membeli satu unit STB.

"Bingung ini saya juga belum mampu jadi harganya mahal, tidak tahu bisa kebeli atau tidak, belum dari antenanya kan mesti digital, belum STB-nya udah berapa, berat lah intinya," ucap Bambang saat dijumpai di lokasi, Jumat (18/11/2022).

Bambang juga mengaku sedih ketika hari terakhir peralihan dari televisi analog ke digital. Hingga kini, mau tidak mau  harus bergegas ke pos kamling apabila hendak menyaksikan hiburan di layar kaca.

"Ya antara sedih atau gimana ya, abis gambar di rumah semut doang yang ditonton, jadi mau tidak mau saya ke tempat perkumpulan warga di sini, Poskamling dari pada di rumah nonton semut," sambung dia.

Sejumlah anak-anak di Bukit Duri, Jakarta Selatan, berkumpul di Pos Kamling untuk nonton televisi buntut dari harga STB mahal, Jumat (18/11/2022). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]
Sejumlah anak-anak di Bukit Duri, Jakarta Selatan, berkumpul di Pos Kamling untuk nonton televisi buntut dari harga STB mahal, Jumat (18/11/2022). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

Senada dengan Bambang, warga bernama Teti Herawati merasa kesulitan atas peralihan televisi analog ke digital. Menurut dia, harga STB yang mahal menjadi faktor utama yang membikin Teti harus datang ke pos setiap saat apabila hendak mencari hiburan.

"Saya susah deh, sudah nggak pernah nonton TV di rumah lagi. Saya nontonnya di luar, di sini nih poskamling, kadang di rumah saya saking mau nonton sinetron. TV saya semut semua," ucap Teti.

Teti juga mengaku masih menonton siaran televisi pada saat hari peralihan dari analog ke digital. Kala itu, dia mengira televisinya rusak lantaran tidak mengeluarkan gambar dan suara.

"Iya (mengalami), tiba-tiba TV semut semua. Saya kira rusak, saya gedor-gedor. Sudah TV jelek, rasanya mau banting saja," tutup dia seraya berseloroh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI