Koalisi Gerindra dan PKB: Mengapa Prabowo Dianggap Lebih Tepat Jadi Capres Ketimbang Muhaimin?

Siswanto Suara.Com
Selasa, 22 November 2022 | 14:38 WIB
Koalisi Gerindra dan PKB: Mengapa Prabowo Dianggap Lebih Tepat Jadi Capres Ketimbang Muhaimin?
Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya ( Gerindra) Prabowo Subinato (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) berjabat tangan usai mendaftarkan partainya masing-masing sebagai Calon Peserta Pemilu tahun 2024 di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Partai Gerindra masih menginginkan Prabowo Subianto menjadi calon presiden, demikian pula PKB yang tetap ngotot mengusung Muhaimin Iskandar menjadi calon presiden.

Partai Gerindra dan PKB merupakan mitra koalisi yang sampai sekarang masih melakukan pembicaraan untuk menyamakan pandangan menjelang pemilihan presiden 2022.

Jika kedua pemimpin partai tetap tidak mau mengubah pendirian, menurut analis komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, koalisi mereka bakal bubar di tengah jalan.

"Koalisi Gerindra dan PKB berpotensi goyah seiring masih ngototnya Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar untuk menjadi capres," kata Jamiluddin, Selasa (22/11/2022).

Baca Juga: Ada Bahasan Cawapres di Internal Gerindra tapi Prabowo Belum Terang-terangan, Nama Ganjar Masuk Pembicaraan?

Jamiluddin mengatakan sikap Prabowo Subianto dan Muhaimin yang masih ngotot menjadi calon presiden merupakan hal wajar karena mereka diamanahkan oleh partai yang mereka pimpin.

Tetapi sikap seperti itu juga sekaligus menjadi kelemahan koalisi.

Jamiluddin menilai Muhaimin sebenarnya lebih pantas menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo.

Pertimbangannya, kata Jamiluddin, pertama, elektabilitas Muhaimin kalah jauh dengan Prabowo.

"Karena itu, wajar kalau Prabowo yang lebih layak menjadi capres," kata Jamiluddin.

Baca Juga: Safari Politik Anies Baswedan Bikin Gelisah, Kader Nasdem Tantang Politikus PDIP Lakukan Ini

Pertimbangan kedua, perolehan suara PKB di pemilu legislatif 2019 kalah dari Partai Gerindra.

"Karena itu, lebih logis Prabowo yang menjadi capres daripada Cak Imin," katanya.

Jamiluddin mengatakan seharusnya PKB realistis demi jalannya koalisi Partai Gerindra dan PKB.

"Situasi demikian kiranya akan membuka ruang terganggunya upaya untuk memperkuat koalisi kedua partai. Bahkan kalau Cak Imin dan PKB tetap ngotot, koalisi berpeluang besar akan bubar," kata dia.

Muhaimin mengakui bahwa "Sampai detik ini sama-sama ingin jadi capres."

"Ya pokoknya kita harus menentukan pilihan di momentum yang tepat dan diskusinya belum tuntas. Kita internal berdua belum sepakat untuk satu nama capres," kata Muhaimin.

Semua koalisi partai yang sudah terbentuk (Koalisi Indonesia Bersatu: Golkar, PAN, PPP) maupun yang baru akan dibentuk (koalisi Partai Nasional Demokrat, Demokrat, PKS) juga masih mengalami kebuntuan untuk memutuskan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

PDI Perjuangan hingga sekarang juga masih menggodok tokoh yang akan mereka usung menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. [rangkuman laporan Suara.com]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI