Suara.com - Wakil Presiden Maruf Amin meminta agar polio di Aceh segera diatasi supaya tidak menyebar lebih luas lagi bahkan menjadi pandemi seperti dahulu.
"Saya kira supaya segera diatasi, jangan sampai ini menjadi pandemi seperti yang dulu ya. Oleh karena itu jangan sampai kemudian menjadi banyak, melebar lagi," kata Wapres di Surakarta, Senin (21/11/2022).
Hal itu disampaikan oleh Wapres saat ditanya mengenai penanggulangan polio di Aceh yang kini sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Penetapan KLB polio di Aceh itu seiring dengan ditemukannya satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh.
Baca Juga: Penyakit yang Menyebabkan Kelumpuhan Otot, Polio!
KLB diberlakukan lantaran bahaya polio yang bisa memicu kelumpuhan permanen. Bahkan, polio juga bisa berujung kematian, terutama pada anak yang berusia di bawah lima tahun dan belum menerima vaksinasi polio.
"Supaya (penanggulangan) lebih teliti lagi dideteksi dan segera diatasi supaya tidak melebar, sebab kalau jadi pandemi ini menjadi masalah seperti yang pernah kita alami dulu, ada imunisasi polio sampai gerakannya nasional," lanjut Wapres Ma'ruf Amin.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu telah menjelaskan bahwa Indonesia termasuk berisiko tinggi untuk penyebaran virus polio.
"Kalau kita lihat pada 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota semua masuk kriteria tinggi, high risk, cakupan vaksinasi polio rendah semua. Jadi kini ke Indonesia high risk untuk terjadinya KLB (kejadian luar biasa) polio," ujar Maxi dalam konferensi pers diikuti secara daring di Jakarta, Sabtu (19/11/2022).
Menurutnya, pemberian imunisasi polio di Indonesia saat ini menggunakan itu jenis polio tetes BOPV, atau bivalent oral polio vaccine. Vaksin tersebut untuk mencegah virus polio tipe 1 dan 2, yang diberikan selama jangka waktu empat kali per empat bulan melalui oral.
Baca Juga: KLB Polio di Aceh Sudah Diprediksi, IDAI: Masyarakat Belum Paham Kalau Berbahaya
Pemberian vaksin kemudian dikombinasikan dengan Inactive Polio Vaccine (IPV) dalam sediaan injeksi, serta nanti ada booster juga di usia 9 bulan bersamaan dengan pemberian vaksin campak atau rubella.
Namun, cakupan vaksinasi OPV4 dan IPV termasuk rendah. Pada tahun 2020, cakupan OPV4 sebesar 86,8 persen dan IPV sebesar 37,7 persen. Sementara pada 2021 presentasi cakupan OPV4 menurun 80,2 persen dan IPV 66,2 persen. Sehingga, pemerintah mengejar target untuk program imunisasi anak.
Menurut Maxi, ditemukannya satu kasus polio di Aceh pada November 2022 dipengaruhi oleh tidak berjalannya vaksinasi polio baik OPV4 maupun IPV selama empat tahun berturut-turut di kabupaten/kota Provinsi Aceh.
Maxi mengharapkan terlibatnya PKK, juga Pemerintah Daerah secara aktif, akan meningkatkan cakupan imunisasi polio. [ANTARA]