Suara.com - Penggemar sepak bola dari komunitas LGBT memilih menjauh dari Piala Dunia 2022 di Qatar. Pasalnya, fans LGBT merasa tidak aman jika menonton ajang sepak bola terbesar di dunia tersebut secara langsung.
Menyadur media Amerika Serikat CNN, pandangan itu disampaikan oleh Dario Minden, penggemar sepak bola asal Jerman yang relatif tidak dikenal sebelum video pidato luar biasanya dibagikan secara luas di media sosial pada bulan September.
“Saya seorang pria dan saya mencintai pria. Saya memang – tolong jangan kaget – berhubungan seks dengan pria lain. Ini normal. Jadi tolong biasakan diri, atau jauhi sepak bola,” ujarnya dalam video tersebut.
Dalam video itu, Minden berbicara selama 15 menit dalam bahasa Jerman, sebelum beralih ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa itu sengaja dia lakukan untuk memberi dampak besar. Dia ingin dunia mendengar keresahannya.
Pidatonya itu juga disaksikan langsung oleh duta besar Qatar untuk Jerman, Abdullah bin Mohammed bin Saud al-Thani, di ruangan yang penuh dengan pejabat dan sponsor pada konferensi hak asasi manusia di Frankfurt, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman.
Maiden tampak mengucapkan kata-katanya yang mengunggah terkait Piala Dunia 2022. Duduk di barisan depan, kamera menyorot sebentar ke al-Thani dan menunjukkan dia melihat dan mendengarkan Minden dengan seksama.
“Sepak bola adalah untuk semua orang. Tidak masalah jika Anda lesbian, jika Anda gay, itu untuk semua orang. Untuk anak laki-laki, untuk anak perempuan dan untuk semua orang di antaranya. Aturan bahwa sepak bola adalah untuk semua orang sangatlah penting," tegas Minden.
"Kami tidak dapat membiarkan Anda memecahkannya tidak peduli seberapa kaya Anda. Anda sangat disambut untuk bergabung dengan komunitas sepak bola internasional dan, tentu saja, menjadi tuan rumah turnamen besar. Namun dalam olahraga, begitulah adanya. Kamu harus menerima aturannya," sambungnya.
Saat Minden selesai berpidato, gemuruh tepuk tangan terdengar dari beberapa penonton. Ia mengaku mencintai pria dan berhubungan seks dengan pria, di mana hal tersebut bukanlah masalah di tanah airnya.
Baca Juga: Didier Deschamps Sedih Karim Benzema Cedera, Ikhlas Kembali Absen Ketiga Kalinya di Piala Dunia
Namun di Qatar, negara yang mulai hari Minggu akan menjadi tuan rumah Piala Dunia selama sebulan, hal tersebut akan menjadi masalah besar.
Sebagai Piala Dunia pertama yang diadakan di Timur Tengah, tidak diragukan lagi momen ini merupakan peristiwa bersejarah. Meski demikian, kontroversi juga menyelimuti tuan rumah.
Mulai dari kematian pekerja migran dan kondisi yang dialami banyak negara saat Qatar mempersiapkan turnamen tersebut, khususnya bagi kaum LGBTQ dan hak-hak perempuan.
Sebagai informasi, homoseksualitas di Qatar adalah ilegal dan dapat dihukum hingga tiga tahun penjara.
Sebuah laporan dari Human Rights Watch, yang diterbitkan bulan lalu, mendokumentasikan kasus-kasus pada bulan September tentang pasukan keamanan Qatar yang sewenang-wenang menangkap orang-orang LGBT dan menjadikan mereka “perlakuan buruk dalam penahanan.”
Berbicara kepada CNN, Minden mengatakan dia tidak akan pergi ke Qatar dan tidak akan menonton kompetisi tersebut di televisi.
“Ketika kami berbicara tentang situasi hak LGBTQ+, yang kami maksud bukan hanya turis sepak bola, tetapi juga situasi sebelum dan terutama setelah Piala Dunia,” ucap Minden..
Setelah konferensi, Minden mengatakan dia berbicara secara pribadi dengan duta besar Qatar, di mana pihak Qatar telah mentatakan bahwa semua orang diterima di negaranya untuk menyaksikan Piala Dunia 2022.
Walau sudah mendapatkan janji dari pihak Qatar, namun Minden menyatakan bahwa "itu tidak aman dan tidak benar."