Sedih! Petani Rugi Ratusan Juta Gegara 45 Ton Ikan di Danau Maninjau Mati karena Angin Kencang dan Hujan Lebat

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 18 November 2022 | 15:21 WIB
Sedih! Petani Rugi Ratusan Juta Gegara 45 Ton Ikan di Danau Maninjau Mati karena Angin Kencang dan Hujan Lebat
Bangkai ikan mengapung di dalam keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Jumat (18/11). (Antara/HO-Dok DPKP Agam)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 45 ton ikan mati di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada Kamis (17/11/2022) kemarin. Diduga oenyebabnya karena angin kencang dan curah hujan tinggi yang melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu.

Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira mengatakan 45 ton ikan mati itu milik petani di Tapian Tampuniak Jorong Tanjung Sani Nagari Sungai Batang. Musibah ini telah merugikan petani atau warga setempat.

"45 ton ikan itu tersebar di 124 keramba jaring apung milik 27 petani dan ini berdasarkan pendataan yang kami lakukan, Jumat (18/11) pagi," kata Rosva di Lubukbasung, Jumat (18/11/2022).

Rosva menuturkan, dengan kematian puluhan ton ikan itu maka petani mengalami kerugian sekitar Rp945 juta, karena harga ikan di tingkat petani Rp21.000 per kilogram.

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan evakuasi bangkai ikan tidak dapat dilakukan karena masih ada ikan di keramba jaring apung sekitarnya dalam kondisi kekurangan oksigen.

Bila evakuasi dilakukan, kata dia, maka akan memicu kondisi ikan yang kekurangan oksigen semakin stres dan menjadi mati.

"Kita sudah menyarankan Jorong Tanjung Sani dan beberapa masyarakat yang dijumpai untuk tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau," katanya.

Kematian ikan itu kata dia, akibat perubahan cuaca dan angin kencang beberapa hari ini mengakibatkan terjadi pembalikan masa air.

Dengan kondisi itu, lapisan bawah yang minim oksigen terangkat ke permukaan, sehingga ikan kekurangan oksigen.

"Kematian ikan itu mulai terjadi Kamis (17/11) dan mengapung pada Jumat (18/11) pagi," katanya.

Ia mengakui, data kematian ikan itu masih di satu nagari atau desa adat. Untuk lokasi lainnya, kata dia, penyuluh pertanian lapangan masih melakukan pendataan ke nagari lain.

Kemudian petani di sana diminta untuk mengevakuasi ikan yang masih hidup atau sehat ke kolam penampungan sementara di darat.

"Petani di Koto Malintang sudah ada memanen ikan, Kamis (17/11), dalam mengantisipasi kematian," ucapnya. (Antara)

Baca Juga: 'Mengungsi Sementara di Tetangga' Getir Warga Manggarai Atap Rumahnya Roboh Imbas Hujan Deras

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI