Suara.com - Beredar kabar bahwa Amerika Serikat terkejut karena ide gila Presiden Jokowi yang buat Australia panik di Pulau Nusa Tenggara Timur (NTT).
Informasi tersebut dibagikan oleh akun bernama 'Pemancing Bertopeng' di jejaring media sosial Facebook.
Video memperlihatkan penampakan perairan dan potongan klip Jokowi beserta perdana menteri Australia.
Begini narasi yang dituliskan dalam unggahan tersebut.
Baca Juga: Cara Jokowi Agar Mengerti Permasalahan Rakyat: Pergi Ke Pasar
"Amerika Sampai Terkejut.!! Ide Gila Jokowi Bikin Panik Australia Di Pulau NTT"
Lalu benarkah klaim tersebut?
Penjelasan
Berdasarkan hasil penelusuran Turnbackhoax.id -- jaringan Suara.com, klaim soal Jokowi berikan ide gila bikin Australia panik di Pulau NTT hingga Amerika terkejut adalah salah.
Faktanya, akun tersebut menggunakan foto thumbnail serta potongan video yang disunting menjadi orientasi yang dibalik (mirror/flip).
Baca Juga: Mobil Salah Arah Tabrak Puluhan Calon Polisi di AS, 25 Orang Terluka
Terlebih lagi, klip potongan video sama sekali tidak ada kaitan satu sama lain.
Penampakan perairan yang asli merupakan perairan Natuna dan bukan NTT. Video tersebut adalah ketika Jokowi menggelar rapat terbatas di atas KRI Imam Bonjol 383 di tengah Perairan Natuna, Kepulauan Riau pada 23 Juni 2016 yang diunggah oleh kanal YouTube BeritaSatu.
Sementara itu, video lain yang identik adalah potongan ketika Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Menteri Luar Negeri Penny Wong yang diunggah oleh kanal YouTube FijianGovernment pada 13 Jul 2022. Video asli tersebut pun tidak ada kaitannya sama sekali dengan klaim dari unggahan akun 'Pemancing Bertopeng'.
Adapula narasi yang dibacakan dalam video merupakan artikel ANTARANEWS.com pada 8 Januari 2020, yang memberitakan soal Jokowi yang pergi ke Natuna, namun dalam video kata 'Natuna' diganti menjadi 'NTT'.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kabar yang diunggah soal klaim Amerika terkejut oleh ide gila Jokowi gegara bikin panik Australia di Pulau NTT adalah hoaks dan keliru.
Informasi yang telah tersebar tersebut masuk ke dalam kategori konten menyesatkan atau misleading content.