Ratusan Kuda Mati Sampai Diskriminasi Orang Eropa, Begini Sejarah Rel Trem yang Ditemukan saat Konstruksi MRT Jakarta

Rabu, 16 November 2022 | 17:23 WIB
Ratusan Kuda Mati Sampai Diskriminasi Orang Eropa, Begini Sejarah Rel Trem yang Ditemukan saat Konstruksi MRT Jakarta
Pekerja menemukan rangkaian rel trem bersejarah saat konstruksi MRT Jakarta Fase 2 CP202 Harmoni-Mangga Besar. (Saura.com/Fakhri Fuadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pekerja menemukan rangkaian rel trem bersejarah saat konstruksi MRT Jakarta Fase 2 CP202 Harmoni-Mangga Besar. Benda yang berusia hampir ratusan tahun sejak 1934 itu memiliki sejarah yang cukup panjang.

Arkeolog yang menangani temuan ini, Charunia Arni Listya D menjelaskan, struktur rel trem itu sebenarnya sudah dibuat sejak tahun 1869. Awalnya, Pemerintah Batavia -- nama Jakarta saat itu, membuat rel trem untuk gerbong yang ditarik dua sampai empat kuda.

Sistem ini disebut cukup kejam pada kuda yang dipakai. Bahkan, ratusan kuda mati karena dipakai untuk menarik gerbong di jalur rel trem itu.

"Kemudian kejadian itu diprotes oleh orang Eropa. Alasannya karena terlalu banyak kuda yang mati. Dalam setahun sampai sekitar 200an kuda mati," ujar wanita yang akrab disapa Lisa, Rabu (16/11/2022).

Tak hanya itu, warga Batavia saat itu juga mempotes sistem kereta kuda ini. Pasalnya, kotoran kuda yang dibuang sembarang justru membuat kota jadi kotor dan bau.

"Kemudian wajah kota menjadi tidak bersih karena si kuda ini membuang hajat sembarangan di sepanjang jalur rel," ucapnya.

Pekerja menemukan rangkaian rel trem bersejarah saat konstruksi MRT Jakarta Fase 2 CP202 Harmoni-Mangga Besar. (Saura.com/Fakhri Fuadi)
Rangkaian rel trem bersejarah saat konstruksi MRT Jakarta Fase 2 CP202 Harmoni-Mangga Besar. (Saura.com/Fakhri Fuadi)

Selanjutnya kebijakan ini juga sempat menuai pro-kontra karena warga Eropa tak mau duduk satu gerbong dengan warga pribumi. Pasalnya, kebijakan memisah tempat duduk tak bisa dijalankan di kereta kuda.

Apalagi, memang saat itu diskriminasi yang dilakukan oleh penjajah kepada pribumi masih sangat kental.

"Orang-orang Eropa itu merasa risih. Dalam satu gerbong bercampur dengan orang-orang yang dianggap di bawah kelasnya mereka," jelas Lisa.

Baca Juga: Jepang-Inggris Bakal Kucurkan Dana Biayai Proyek Lanjutan MRT Jakarta

Karena polemik ini, akhirnya pemerintah Batavia memutuskan untuk mengganti sistem kereta tenaga kuda jadi uap. Akhirnya, dengan struktur yang sama dibuat lagi rel trem baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI