Suara.com - Pekerja menemukan rangkaian rel trem bersejarah saat konstruksi MRT Jakarta Fase 2 CP202 Harmoni-Mangga Besar. Benda yang berusia hampir ratusan tahun sejak 1934 itu memiliki sejarah yang cukup panjang.
Arkeolog yang menangani temuan ini, Charunia Arni Listya D menjelaskan, struktur rel trem itu sebenarnya sudah dibuat sejak tahun 1869. Awalnya, Pemerintah Batavia -- nama Jakarta saat itu, membuat rel trem untuk gerbong yang ditarik dua sampai empat kuda.
Sistem ini disebut cukup kejam pada kuda yang dipakai. Bahkan, ratusan kuda mati karena dipakai untuk menarik gerbong di jalur rel trem itu.
"Kemudian kejadian itu diprotes oleh orang Eropa. Alasannya karena terlalu banyak kuda yang mati. Dalam setahun sampai sekitar 200an kuda mati," ujar wanita yang akrab disapa Lisa, Rabu (16/11/2022).
Baca Juga: Jepang-Inggris Bakal Kucurkan Dana Biayai Proyek Lanjutan MRT Jakarta
Tak hanya itu, warga Batavia saat itu juga mempotes sistem kereta kuda ini. Pasalnya, kotoran kuda yang dibuang sembarang justru membuat kota jadi kotor dan bau.
"Kemudian wajah kota menjadi tidak bersih karena si kuda ini membuang hajat sembarangan di sepanjang jalur rel," ucapnya.
Selanjutnya kebijakan ini juga sempat menuai pro-kontra karena warga Eropa tak mau duduk satu gerbong dengan warga pribumi. Pasalnya, kebijakan memisah tempat duduk tak bisa dijalankan di kereta kuda.
Apalagi, memang saat itu diskriminasi yang dilakukan oleh penjajah kepada pribumi masih sangat kental.
"Orang-orang Eropa itu merasa risih. Dalam satu gerbong bercampur dengan orang-orang yang dianggap di bawah kelasnya mereka," jelas Lisa.
Baca Juga: Bertemu PM Jepang di Bali, Jokowi Minta Proyek MRT Bisa Rampung Tepat Waktu
Karena polemik ini, akhirnya pemerintah Batavia memutuskan untuk mengganti sistem kereta tenaga kuda jadi uap. Akhirnya, dengan struktur yang sama dibuat lagi rel trem baru.
"Ada pemikiran untuk menggunakan tenaga uap yang lebih manusiawi, yang tidak banyak istilahnya mereka membunuh kuda. Kemudian rel trem uap itu mulai digunakan 1889," tuturnya.
Sistem kereta uap ini ternyata masih juga menuai masalah dalam pelaksanaannya. Banyak depo-depo pengisian uap yang menggunakan batu bara meledak dan menimbulkan korban serta sulitnya kereta beroperasi saat musim hujan karena mogok.
Hingga akhirnya, Pemerintah Batavia melakukan elektrifikasi sistem kereta dengan tenaga listrik. Rel trem baru kembali dibuat secara bertahap mulai tahun 1931-1934.
"Jadi yang kita lihat sekarang adalah sisa dari rel trem listrik bukan rel trem uap, bukan rel trem tenaga kuda," pungkasnya.
Rel Trem Bersejarah
Sebelumnya, PT MRT Jakarta kembali menemukan rel trem bersejarah di tengah pengerjaan MRT Jakarta CP202. Pihak MRT Jakarta pun langsung melakukan evakuasi agar kondisinya tetap terjaga seperti saat penemuannya.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim mengatakan pihaknya bersama dengan tim ahli arkeologi dan kontraktor pelaksana konstruksi CP202 Shimizu-Adhi Karya Joint Venture (SAJV) telah menyusun metode pekerjaan penyelamatan temuan rel trem tersebut.
Pelaksanaannya disebut sudah sesuai dengan ketentuan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Koordinasi rutin juga dilakukan dengan instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
“Terdapat enam titik eskavasi ditemukannya rel trem di area pembangunan CP202 dari total delapan titik ekskavasi yang dilakukan, yaitu di area pembangunan Stasiun Harmoni sebanyak dua dari tiga titik, area pembangunan Stasiun Sawah besar dua titik, dan area pembangunan Stasiun Mangga Besar dua dari tiga titik," ujar Silvia kepada wartawan, Jumat (11/11/2022).
"Secara umum, rel trem ditemukan di kedalaman 27 cm,” katanya menambahkan.
Totalnya, terdapat sekitar 118 span rel atau sepanjang 1,4 kilometer yang akan direlokasi. Nantinya pihaknya juga akan menjaga kelestarian benda bersejarah tersebut agar tidak terjadi kerusakan.
"Komponennya terdiri dari batang rel, lempengan penyambung batang rel, bantalan rel yang terbuat dari kayu dan baja, baut dan sekrup, serta penambat rel dan batuan ballast,” tutur Silvia.
Dalam pengerjaan konstruksi, ia mengaku sangat memperhatikan temuan-temuan yang menjadi bagian dari sejarah Jakarta dan berusaha seoptimal mungkin untuk menjaga bagian dari sejarah tersebut. Selain span rel, tim juga menemukan wesel rel (pemindah jalur kereta).
Diketahui, CP 202 merupakan paket kontrak pembangunan MRT Jakarta fase 2A yang akan membangun Stasiun Harmoni, Stasiun Sawah Besar, dan Stasiun Mangga Besar dengan total jalur sepanjang sekitar 1,8 kilometer.
Stasiun Sawah Besar dan Mangga Besar akan menjadi salah satu stasiun dengan desain unik karena akan memiliki empat lantai di bawah tanah yang kedalamannya mencapai sekitar 28 meter.