Suara.com - Pertemuan Bakal Calon Presiden 2024 Anies Baswedan dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di Surakarta, Jawa Tengah memunculkan beragam respons.
Tentu saja pertemuan ini dikaitkan dengan agenda politik, apalagi mengingat kedua tokoh kerap digambarkan berada di dua sisi yang berseberangan.
Salah satu yang turut menafsirkannya adalah Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi. Ia menilai Anies lah yang lebih banyak mendapatkan dukungan elektoral di pertemuan ini.
Karena itulah, menurut Burhan, tidak heran apabila Anies lah yang kemudian berkunjung ke Solo alih-alih sebaliknya.
Baca Juga: 'Saya Ini Cuma Anak Kecil Enggak Paham', Gibran Blak-blakan Ketemu Anies Ingin Banyak Belajar
"Kalau kita lihat data survei, Ganjar terlalu dominan di Jawa Tengah, kemudian Anies relatif kuat di Jawa Barat, Banten, DKI, dan Sumatera. Sementara dari daftar Pilpres 2004, tidak ada capres yang menang secara nasional tanpa memenangkan Jawa Tengah dan Jawa Timur," tutur Burhanuddin dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi di kanal YouTube tvOneNews, Rabu (16/11/2022).
Menurutnya capres tidak masalah kalah di Jawa Barat, tetapi harus mendapat suara yang baik di Jateng dan Jatim. Hal itulah yang diincar Anies ketika berkunjung ke Solo dan bertemu dengan Gibran.
"Kebutuhan elektoral Anies untuk datang ke Jawa Tengah khususnya Solo lebih besar, ketimbang kebutuhan seorang Gibran untuk datang ke Jakarta. Apalagi Mas Anies sudah selesai jabatannya sebagai gubernur," sambung Burhanuddin.
Burhanuddin juga menilai Anies semakin gencar menunjukkan "sisi kejawaannya", seperti dengan berkunjung ke Solo hingga kerap berjumpa di tempat-tempat menyerupai joglo.
Bukan tanpa alasan, seluruh hal ini Anies lakukan demi tidak mengulangi kesalahan Prabowo Subianto di dua pemilihan presiden sebelumnya. Pasalnya, menurut Burhanuddin, selama ini Prabowo kalah karena tidak mampu meraup suara di daerah-daerah yang dimaksud.
Baca Juga: Ogah Pusing Lihat Anies Temui Gibran di Solo, Gerindra: Buat Apa Dikhawatirkan?
"Ada keinginan dari Anies Baswedan untuk mengurangi kekurangan elektoral di Jawa dan kebetulan ini pula yang menyebabkan Pak Prabowo kalah dua kali di Pilpres 2014 dan 2019," terang Burhanuddin.
"Sepertinya Anies tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dengan cara mendekati simbol-simbol Jawa, baik politik formal dan informalnya," pungkasnya.
Di sisi lain, Gibran dan Anies kompak mengaku tidak membahas politik dalam pertemuan mereka. Namun keduanya juga kompak saling melempar pujian atas kinerja masing-masing.