Suara.com - Pidato Presiden Joko Widodo atau Jokowi di HUT Perindo mengundang perhatian publik.
Salah satu yang bikin heboh adalah ketika Jokowi menyebutkan bahwa kemungkinan Pilpres ke depan adalah jatahnya Prabowo Subianto.
Penyebutan jatah Prabowo secara terbuka oleh Jokowi rupanya disebut punya alasan tersendiri.
Dalam hal ini, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti mengatakan ada dua alasan dari ungkapan terbuka Jokowi.
Baca Juga: Covid-19 Belum Usai, Geopolitik Rusia-Ukraina: Tantangan Baru Bagi Indonesia
Pertama menurut Ray, adalah soal saling membantu dan keinginan menghormati satu sama lain. Ray menyebutkan bahwa adanya pernyataan 'jatah Prabowo' bisa meningkatkan elektabilitas Prabowo.
"Tren suara Pak Prabowo yang mandek akhir-akhir ini, tentu akan dapat bersinar lagi setelah setidaknya dua kali Pak Jokowi menyebut nama beliau sebagai capres. Jelas implikasi penyebutan nama itu sangat berarti bagi pak Prabowo," ujar Ray seperti yang dikutip dari Wartaekonomi--jaringan Suara.com.
Prabowo menurut Ray memang harus didongkrak karena Jokowi punya kepentingan agar Prabowo tetap harus maju di Pilpres 2024 sehingga tidak hanya dua pasang capres.
"Dengan terus mendorong Pak Prabowo, setidaknya terdapat 3 pasangan capres. Di mana salah satunya kemungkinan besar akan diisi oleh Ganjar melalui KIB," imbuhnya.
Melalui tiga pasangan, maka potensi Ganjar bisa lebih tinggi karena Prabowo dan Anies bakal berebut suara di Jawa Barat, Sumatera, dan Sulawesi.
Baca Juga: Panitia Musra Ikuti Langkah Jokowi: Jika Dukung Prabowo, Mereka Juga Mendukung
Hal ini yang kemudian bisa membuat Ganjar yang punya lumbung suara berbeda bisa lebih diuntungkan.
"Artinya, mendorong Pak Prabowo maju dapat berimplikasi dua hal sekaligus, pertama, tertahannya laju suara Anies, kedua, melajunya suara Ganjar dan syukur-syukur juga pak Prabowo," kata Ray.
"Jadi, sekalipun misalnya harus satu putaran, itu artinya menempatkan Pak Prabowo vs Ganjar di putaran kedua, dan siapapun di antara keduanya menang, menimbulkan rasa nyaman bagi pak Jokowi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ray menyebutkan bahwa ungkapan Jokowi soal 'jatah Prabowo' bukan sepenuhnya soal dukungan. Hal tersebut menurunya adalah guyonan yang serius tapi bisa bermaksud.
"Paling jauh bisa dinyatakan bahwa Pak Jokowi ikut mendorong Pak Prabowo untuk ikut dalam capres 2024, tapi bukan berarti memihaknya."