Cerita Kania, Tim Pesepeda Greenpeace yang Merasa Sedih Dapat Perlakuan Baik Dari Penguntit

Rabu, 09 November 2022 | 15:59 WIB
Cerita Kania, Tim Pesepeda Greenpeace yang Merasa Sedih Dapat Perlakuan Baik Dari Penguntit
Salah satu pesepeda Greenpeace, Kania Yuthika. (Bidik layar zoom)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tepat di gapura, mereka sempat disambut oleh suku Samin. Kala itu ia menyadari ada yang mengawasi di balik gapura.

"Aku sadar juga ada sosok yang lain daripada kegiatan kita dan itu memang terang-terangan memisahkan diri berada di balik Gapura ada dua orang di sana yang mantau kita, foto-foto kita," terangnya.

Hingga ke Semarang, tim pesepeda Greenpeace juga diikuti oleh mobil yang dibawa orang tidak dikenal. Mereka tidak segan untuk membuka kaca dan mengambil foto dari dalam mobil.

"Kita masih was-was pun iya dan bertanda tanya ini mereka sedang apa, maunya apa."

Diintai Hingga Diintimidasi

Sebelumnya, Lembaga Advokasi dan Kajian Demokrasi Public Virtue Research Institute (PVRI) mengecam aksi represi yang menyasar aktivis yang hendak berkampanye di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali 2022. Sebab, KTT G20 seharusnya menjadi ruang antikritik.

Direktur Eksekutif PVRI Miya Irawati berpendapat, seharusnya negara hadir melindungi warga negaranya yang hendak menyampaikan pendapatnya di muka umum."Pemerintah harus tegas dalam melindungi serta menjamin kebebasan masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya di muka umum. Hal tersebut dapat menjadi pesan penting terhadap dunia bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam menciptakan pemerintahan yang demokratis," ujar Miya dalam siaran persnya, Rabu (9/11/2022).

Miya juga menyinggung persoalan regresi demokrasi di Indonesia. Menurut dia, proses kemunduran demokrasi di Indonesia juga dipengaruhi akibat ancaman atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat.

"Tidak boleh ada pembiaran terhadap kekerasan! Justru perlindungan pemerintah terhadap ruang-ruang berpendapat masyarakat dapat menjadi arus balik di tengah tren regresi demokrasi dunia, utamanya di Indonesia," sambungnya.

Baca Juga: Aktivis yang Kampanye KTT G20 Bali Diintai hingga Diintimidasi, PVRI: Tak Boleh Ada Pembiaran Terhadap Kekerasan!

Beberapa acara dan kampanye yang digawangi oleh aktivis iklim dibatalkan hingga mendapatkan penghadangan, intimidasi, serta dugaan peretasan alat komunikasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI