Setelah itu, ia langsung berlari menuju lantai dua sekolah tersebut, ke ruang kelas yang atapnya roboh.
Sesampainya disana, ia melihat para siswa menangis dan histeris meminta tolong. Sejumlah siswa terlihat sudah menyelamat diri di bawah meja.
Menurut Jumiran, ada satu siswa yang terjepit baja ringan dan tumpukan besi. Kondisinya kritis dan saat ditolong ia sudah pingsan dan tak sadarkan diri.
Ia lalu meminta siswa lainnya untuk keluar dari ruangan dan menolong teman-temannya yang lain.
Dalam peristiwa itu, setidaknya Jumiran telah mengevakuasi 10 siswa ke rumah sakit. Ia mengatakan, kondisi siswa tersebut terluka di bagian kepala, robek hingga mengeluarkan darah.
“Karena panik saya pulang mengambil mobil di rumah, saya sempat mampir masjid mengumumkan lewat toa agar warga membantu mengevakuasi,” katanya.
Warga sebelumnya sudah mengingatkan
Menurut Jumiran, warga sekitar sekolah sebenarnya sudah khawatir dengan melihat kondisi atap dan bangunan tersebut.
Menurut dia, meski temboknya kokoh, namun atap sekolah tidak standar. Sebab atap tersebut menggunakan baja ringan, tapi gentingnya menggunakan genteng press.
“Pemasangannya baja ringannya itu tidak rapat, jaraknya bisa satu meter dan atapnya pakai genting press,” katanya.