Heran Jokowi Cawe-cawe soal Capres hingga Dukung Prabowo, Langsung Disentil Demokrat: Era Pak SBY...

Selasa, 08 November 2022 | 15:46 WIB
Heran Jokowi Cawe-cawe soal Capres hingga Dukung Prabowo, Langsung Disentil Demokrat: Era Pak SBY...
Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Hinca Panjaitan saat ditemui wartawan di DPR RI. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Manuver politik Presiden Joko Widodo semakin menuai sorotan. Pasalnya Jokowi dengan terbuka menyuarakan saran hingga dukungan menjelang Pemilihan Presiden 2024.

Seperti yang terbaru, Jokowi memberi kisi-kisi capres terbaik hingga menyuarakan dukungan untuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga mencalonkan diri di Pilpres 2024.

Salah satu yang turut menyorotinya adalah Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Hinca Panjaitan. Dikutip dari WartaEkonomi.co.id -- jaringan Suara.com, Hinca mengaku baru kali ini merasakan presiden yang sangat aktif dalam mendorong persiapan pemilihan umum.

"Presiden kita ini super aktif mengkondisikan, mendorong semua orang menjadi calon presiden. Saya kira itu sah-sah saja," ujar Hinca di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Baca Juga: Dua Kali Kode Jokowi untuk Prabowo, dari Restu hingga Jatah Menang Pilpres 2024

"Sesekali dia bilang calon presiden itu yang ahli ekonomi, sesekali dia bilang punya rekam jejak panjang, sesekali dia bilang pak Prabowo," sambungnya.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi didampingi Menhan Prabowo Subianto meninjau pameran Indo Defence 2022 Expo & Forum di Jakarta International Expo pada Rabu (2/11/2022). [Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden]
Presiden Joko Widodo atau Jokowi didampingi Menhan Prabowo Subianto meninjau pameran Indo Defence 2022 Expo & Forum di Jakarta International Expo pada Rabu (2/11/2022). [Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden]

Meski sah-sah saja, Hinca tetap membandingkan sikap Jokowi tersebut dengan zaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dahulu. Ia menilai saat itu SBY sama sekali tidak ikut campur urusan Pilpres menjelang suksesi kepemimpinannya.

"Era kami, eranya Pak SBY, sama sekali tidak pernah mau ikut cawe-cawe, apalagi menentukan siapalah ini, siapalah itu. Nggak pernah ikut campur," tutur Hinca melanjutkan.

Hinca sendiri berpandangan seharusnya Jokowi lebih fokus untuk mewariskan sesuatu menjelang purnatugas pada tahun 2024 mendatang. Perkara siapa capres yang akan menggantikannya, menurut Hinca, biarkanlah alam yang bekerja.

Presiden Keenam, Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi pemaparan kepada kader Partai Demokrat. (Twitter/SBYudhoyono)
Presiden Keenam, Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi pemaparan kepada kader Partai Demokrat. (Twitter/SBYudhoyono)

"Memang tugas presiden yang menjalankan pemerintahan sampai selesai, tuntas. Datang tampak muka, pulang tampak punggung. Siapa yang akan menggantikan, biarkan alam itu yang kemudian bekerja," imbuhnya.

Baca Juga: Agenda KIB Usung Ganjar Terancam Tak Tercapai, Bakal Pindah Haluan Dukung Airlangga-Zulkifli Nyapres?

Karena itulah, Hinca menyarankan supaya Jokowi tidak terang-terangan menunjukkan dukungannya kepada 1-2 pihak tertentu. Sebab seperti SBY menjelang akhir kepemimpinannya dahulu, Jokowi juga sebaiknya fokus untuk menuntaskan tugasnya sebagai kepala negara.

"Ada 10 capres misalnya, dia bilang 10 didukung. Kan bagus juga kan. Asal jangan satu saja tiap hari disebutin," jelas Hinca.

"Ketika kita memimpin, Pak SBY tidak pernah bicara tentang si anu lah, si anu lah. Saya kira tugas kepala negara bertugas memimpin masa jabatan sampai selesai," pungkasnya.

Jokowi Ikut Campur Capres karena Merasa Tidak Aman

Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat meninjau secara langsung sejumlah tempat yang akan dijadikan lokasi penyelenggaraan KTT G20, Selasa (8/11/2022). (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat meninjau secara langsung sejumlah tempat yang akan dijadikan lokasi penyelenggaraan KTT G20, Selasa (8/11/2022). (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Ekonom senior Faisal Basri juga pernah membahas hal serupa dengan ahli hukum tata negara Refly Harun. Faisal lantas mengungkap Jokowi sedang merasa tidak aman menjelang akhir masa kepemimpinannya.

"Kalau dari perspektif psikologi kan berarti Pak Jokowi merasa tidak aman kalau dia sudah tidak berkuasa," ujar Faisal.

"(Jokowi) perlu memastikan bahwa yang menggantikan dia akan melindungi dia, atau yang lebih positif lagi yang menggantikan dia akan meneruskan rencana-rencana besar dia, misalnya ibu kota baru," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI