AS Dorong Negara Asia Tenggara Kenali Aksi Teror Menggunakan Senjata Pemusnah Massal

Diana Mariska Suara.Com
Jum'at, 04 November 2022 | 17:32 WIB
AS Dorong Negara Asia Tenggara Kenali Aksi Teror Menggunakan Senjata Pemusnah Massal
Ilustrasi terorisme. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amerika Serikat mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi aksi terorisme yang menggunakan senjata pemusnah massal melalui program yang berfokus pada peningkatan kompetensi sumber daya manusia.

Kantor Urusan Senjata Pemusnah Massal Terorisme (WMDT) Departemen Luar Negeri AS, bersama dengan Merrick & Company dan At-Risk International, menggelar pelatihan dari tanggal 31 Oktober hingga 4 November di Denpasar, Bali, bagi para stakeholder terkait di kawasan.

“[WMDT] melatih para pemangku kepentingan di Indonesia dan Malaysia untuk menggunakan asesmen penyelidikan terhadap ancaman berbasis perilaku guna mencegah, mendeteksi, dan melumpuhkan terorisme yang menggunakan unsur Kimia, Biologi, Radiologi, dan Nuklir, atau KBRN,” sebut Kedutaan Besar AS di Jakarta dalam sebuah pernyataan pada Jumat (4/11).

Program ini melibatkan 36 pembuat kebijakan kontra terorisme, penyidik dalam penegakan hukum, ahli teknis KBRN, dan para jaksa.

“Peserta menerima pelatihan komprehensif yang dirancang untuk memperkuat kemampuan investigasi penegakan hukum guna mencegah dan merintangi para pelaku kriminal dan teroris untuk memperoleh material KBRN yang bisa dijadikan menajadi senjata,” lanjut pernyataan tersebut.

WMDT menekankan bahwa peningkatan kompetensi merupakan hal yang mendesak dalam pencegahan dan penanganan terorisme yang melibatkan KBRN, karena potensi kerusakan yang ditimbulkan begitu masif.

“Sangat sering bukti percobaan teroris atau aktor non-negara lainnya dapat menjadi jelas setelah serangan,” kata pejabat direktur WMDT Deplu AS, Constantinos Nicolaidis.

“Mengingat konsekuensi yang berpotensi menghancurkan dari terorisme yang melibatkan material KBRN, menunggu untuk bertindak hingga setelah terjadinya sebuah serangan adalah terlambat; kemampuan untuk terlibat secara proaktif dalam celah antara kekhawatiran dan kejahatan, dan juga mengelola ancaman, sangatlah penting,” lanjutnya.

Selama program, peserta belajar bagaimana menggunakan pendekatan berbasis komunitas, yaitu asesmen dan manajemen ancaman perilaku (BTAM), untuk mengidentifikasi dan mencegah percobaan teroris bersenjata pemusnah massal (SPM).

BTAM memungkinkan aparat penegak hukum, yang bekerja sama dengan pemangku kepentingan di berbagai bidang, untuk mengidentifikasi, melakukan asesmen, dan mengelola ancaman dari para individu yang menunjukkan niat atau kapasitas untuk melakukan tindakan kekerasan.

Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para peserta tentang faktor risiko dari individu dan perilaku mencurigakan yang biasanya mendahului tindakan kekerasan yang ditargetkan serta bagaimana menerapkan pendekatan ini untuk mencegah tindakan terorisme dengan menggunakan SPM.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI