Suara.com - Koalisi sayap kanan yang dipimpin mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berhasil memenangkan mayoritas kursi di parlemen dalam pemilihan umum, sekaligus mengantarkan politikus itu kembali ke tampuk kekuasaan.
Al Jazeera melaporkan bahwa hasil akhir pemilu yang diumumkan pada Kamis (3/11) menunjukkan bahwa Netanyahu dan sekutu ultranasionalisnya memenangkan 64 dari 120 kursi di parlemen, dan 32 kursi di antaranya akan menjadi milik Partai Likud yang menaungi Netanyahu.
Sebelumnya, pada Rabu, saat sekitar 85 persen suara telah dihitung, Netanyahu mengatakan kepada para pendukungnya bahwa mereka berada “di ambang kemenangan yang besar”, dan berjanji untuk membentuk “pemerintah nasional yang stabil”.
Sementara itu, koalisi lawan yang dipimpin oleh PM berhaluan tengah yang saat ini menjabat, Yair Lapid, mengamankan 51 kursi, dan sisanya akan diisi oleh partai kecil yang tidak terafiliasi.
PM Lapid telah mengucapkan selamat kepada Netanyahu dan menginstruksikan stafnya untuk mempersiapkan transisi kekuasaan yang terorganisir, kata kantornya pada Kamis.
“Negara Israel harus didahalukan sebelum pertimbangan politik apa pun,” kata Lapid. “Saya berharap Netanyahu sukses, demi rakyat Israel dan Negara Israel.”
Usai hasil ini diumumkan, Netanyahu akan diundang oleh Presiden Israel, Isaac Herzog, untuk membentuk pemerintahan dalam sebuah proses yang kemungkinan akan dimulai minggu depan.
Netanyahu, yang kini masih menjalani proses persidangan atas kasus korupsi, akan memiliki waktu 28 hari untuk membentuk pemerintahan Israel, yang diprediksi akan menjadi kabinet “paling sayap kanan” dalam sejarah.
Sebelumnya, seorang tokoh dari partai sayap kanan Religious Zionism, Itamar Ben-Gvir, telah menyerukan agar warga Palestina yang “tidak setia” kepada Israel diusir. Ben-Gvir sendri merupakan mantan anggota Partai Kach yang kini dilarang dan dianggap sebagai oraganisasi “teroris” di Israel.
Ia juga pernah menerima hukuman atas hasutan rasis serta karena memiliki foto Baruch Goldstein, seorang tokoh keturunan Israel-Amerika yang membunuh 29 warga Palestina dalam pembantaian Masjid Ibrahimi di Hebron pada tahun 1994.