Terdampak Parah Krisis Iklim, Kota Pekalongan Terancam Bakal Tenggelam

Chandra Iswinarno Suara.Com
Kamis, 03 November 2022 | 18:57 WIB
Terdampak Parah Krisis Iklim, Kota Pekalongan Terancam Bakal Tenggelam
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Galdita A Chulafak dalam webinar bertemakan 'Krisis Iklim: Ancaman Tenggelamnya Kota Pekalongan' pada Kamis (3/11/2022). [Tangkapan layar YouTube Kelola Acitya Tanahair]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kota Pekalongan menjadi salah satu yang terdampak paling parah akibat krisis iklim. Hal tersebut diprediksi sejumlah ahli yang menyebut wilayah pesisir Jalur Pantura, termasuk Kota Pekalongan, berpotensi tenggelam karena intens dan meluasnya banjir rob.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Galdita A Chulafak mengatakan, temuan BRIN menunjukkan, laju penurunan permukaan tanah di wilayah Pantai Utara Jawa Tengah relatif tinggi. Laju penurunan paling tinggi terjadi di Kota Pekalongan.

Ia menyebut, jika menggunakan data penginderaan jauh atau remote sensing, penurunan permukaan tanah di Pekalongan berbeda-beda mulai dari 4-11 centimeter.

Galdita mengemukakan, data menunjukkan, terjadinya perubahan tutupan tanah di wilayah Pekalongan dengan semakin bertambahnya pembangunan, wilayah tambak, wilayah pertanian terutama di hulu, serta berkurangnya vegetasi/hutan.

Baca Juga: Atasi Banjir Rob di Pekalongan Raya, Ganjar Rencanakan Penataan Pemukiman Seperti di Belanda

"Selain itu, data juga menunjukkan adanya rekayasa pesisir dimana terjadi perubahan muara sungai yang tadinya aliran tidak langsung mengarah ke laut karena terhalang barrier sedimen, menjadi langsung ke laut dengan dibangunnya jetty dan dihilangkannya barrier alam, sebagaimana diduga oleh masyarakat sekitar menjadi penyebab utama terjadinya rob," kata Galdita dalam webinar bertemakan 'Krisis Iklim: Ancaman Tenggelamnya Kota Pekalongan' pada Kamis (3/11/2022).

Menurut Galdita, kondisi tersebut menyebabkan Kota Pekalongan rawan terdampak rob. Dampaknya akan bisa membesar apabila tidak segera teratasi.

"Jika tidak ada action dalam menghadapi hal tersebut, tentu tidak dapat dipungkiri Pekalongan akan tenggelam," ujarnya.

Kepala Desa Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Qomarudin menyebut, daerahnya termasuk yang kerap terkena rob.

"Saya terus menggali asa dan harapan Wonokerto di tengah-tengah derasnya laju air rob. Kita harus mengatasinya dengan aksi dan tindakan nyata," tuturnya.

Baca Juga: Peringatan Dini Banjir Rob Hingga 23 Juni, BPBD Kota Pekalongan Siapkan Pompa dan Tempat Evakuasi

Kemudian, Direktur Eksekutif Satya Bumi Annisa Rahmawati menyampaikan bahwa dalam menyelesaikan persoalan krisis iklim yang berdampak luas ini, seluruh pemangku kepentingan saling terkait.

Annisa mendorong agar prinsip-prinsip HAM seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi, anti-diskriminasi, dan koherensi kebijakan HAM menjadi bagian integral dalam ranah perdagangan, investasi, ekonomi, peraturan hukum, dan pembangunan.

"Kondisi wilayah di Pekalongan bisa menjadi contoh pembelajaran bagi kota-kota lain agar bisa lebih mempersiapkan dan memprioritaskan langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang berdampak luas, termasuk mempengaruhi kelompok-kelompok masyarakat rentan," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI