Surabaya Kota Toleransi, Wali Kota Eri Cahyadi: Matur Nuwun untuk Seluruh Warga

Kamis, 03 November 2022 | 15:44 WIB
Surabaya Kota Toleransi, Wali Kota Eri Cahyadi: Matur Nuwun untuk Seluruh Warga
Deklarasi Surabaya Damai, di halaman Balai Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dengan jumlah populasi penduduk yang mencapai sekitar 3 juta orang, Surabaya menjadi kota terbesar kedua di Indonesia. Masyarakat yang berasal dari belbagai suku, ras, dan agama di Indonesia inipun saling hidup berdampingan di Surabaya, dengan menciptakan rasa toleransi dan keharmonisan di Kota Pahlawan.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, dari dulu hingga sekarang, masyarakat Surabaya selalu menjunjung tinggi toleransi antar suku, ras dan umat beragama. Bahkan saat pertempuran 10 November 1945, seluruh suku, ras dan agama yang ada di Indonesia turut berjuang bersama merebut kemerdekaan di Kota Pahlawan.

"Matur nuwun (terima kasih) untuk seluruh warga Kota Surabaya yang telah menjaga perdamaian, yang telah menjaga persaudaraan satu dengan yang lainnya," kata Wali Kota Eri Cahyadi.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam Deklarasi Surabaya Damai, di halaman Balai Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022).
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam Deklarasi Surabaya Damai, di halaman Balai Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022).

Perwujudan Surabaya sebagai Kota Toleransi terus diperkuat oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Beragam upaya dilakukan Pemkot Surabaya bersama seluruh elemen sebagai komitmen untuk menjaga kemajemukan dan toleransi di Kota Pahlawan.

Baca Juga: Terus Bersolek, Kawasan Pecinan Kya-Kya Diharapkan Jadi Ikon Surabaya

Kampung Pecinan Kembang Jepun dan Kawasan Ampel

Kampung Pecinan Kembang Jepun dan Ampel berada di distrik Surabaya Utara. Di sana, telah menjadi pembauran warga etnis Jawa, Madura, China dan Arab. Mereka pun tinggal berdampingan di wilayah perkampungan.

Bahkan di kawasan ini, berdiri sejumlah rumah ibadah yang jaraknya tak kurang dari 1 kilometer. Sejumlah rumah ibadah itu terdiri dari klenteng, gereja, masjid dan vihara. Meski warga yang tinggal di sana berbeda etnis dan keyakinan, selama ini mereka hidup berdampingan dan saling menghormati satu dengan lainnya.

Wali Kota Eri Cahyadi mengajak masyarakat untuk terus mengumandangkan bahwa Surabaya adalah kota terbuka bagi seluruh golongan dan agama. Perasaan itupun diharapkannya dapat terus ditularkan kepada anak cucu dan generasi penerus ke depan.

“Perasaan ini harus kita wujudkan terus kepada anak cucu kita. Saya yakin Insyaallah Surabaya tidak ada radikalisme, Surabaya tidak ada kekacauan, karena semuanya dijaga oleh arek-arek Suroboyo yang cinta perdamaian,” harap dia.

Baca Juga: Penahanan Ijazah Siswa SMA di Surabaya Banyak Dikeluhkan Orangtua, Begini Respons Eri Cahyadi

Deklarasi Surabaya Damai dan Silaturahmi Toleransi Kebangsaan

Beragam upaya lain juga terus dilakukan Pemkot Surabaya untuk menjaga kesatuan dan persatuan di Kota Pahlawan, diantaranya saat momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2022. Dalam merefleksikan peringatan Hari Sumpah Pemuda, pemkot menggelar Deklarasi Surabaya Damai dan Silaturahmi Toleransi Kebangsaan.

Deklarasi Surabaya Damai digelar pasca Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang berlangsung di halaman Balai Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022) pagi. Deklarasi ini diikuti 38 komunitas perguruan bela diri di Kota Pahlawan. Melalui Deklarasi ini, Pemkot Surabaya mengajak mereka untuk bersama-sama menjaga keamanan dan kedamaian di Kota Surabaya.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Eri Cahyadi mengajak para pemuda dari komunitas bela diri dan perguruan silat turut ambil bagian dalam menjaga keamanan dan ketentraman di Kota Pahlawan.

“Karena kekuatan kita adalah semua elemen yang ada di Kota Surabaya. Saatnya para pemuda ikut menjadi bagian, bukan hanya menjadi penonton tetapi juga menjadi bagian untuk Surabaya,” kata dia.

Selain Deklarasi Surabaya Damai, pada malam harinya pemkot juga menggelar Silaturahmi Toleransi Kebangsaan. Kegiatan tersebut dipusatkan di depan Tugu Pahlawan yang diikuti masyarakat dari berbagai suku dan agama yang tinggal di Surabaya.

Menariknya, kegiatan ini juga turut dimeriahkan pementasan seni budaya dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Di antaranya, Tari Remo dari Jawa Timur, Jaipong dari Sunda, Tati Sigeh Pengunten dari Lampung, Mocopat dari Penghayat Kepercayaan Surabaya, Tarian Empat Etnis dari Suku Bugis, Tari Pasambahan dari Suku Minang, dan Kasuari Dance dari Papua.

Tak hanya sekedar penampilan lintas seni dan budaya. Namun, di momen itu juga dilaksanakan Doa Bersama Lintas Agama serta Deklarasi Surabaya Kota Toleran oleh perwakilan berbagai suku dan pemuda di Kota Surabaya.

“Saya yakin, jikalau Surabaya dengan pemuda-pemudanya yang hari ini membacakan Deklarasi Persamaan Satu Negara Indonesia, dalam darah kita terpatri NKRI harga mati,” ujar Wali Kota Eri dalam acara tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Tokoh Ulama Nasional, Miftah Maulana Habiburrahman berharap daerah lain dapat mencontoh kerukunan masyarakat yang ada di Kota Surabaya. Menurut dia, meski Surabaya dihuni sekitar 34 suku bangsa, namun warganya tetap rukun dan saling menghormati antar satu dan lainnya.

"Wong Indonesia (Orang Indonesia) kalau bisa akur (rukun) seperti di Surabaya ini, Insyaallah menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur," kata Gus Miftah, sapaan lekatnya.

Selain Gus Miftah, perwakilan tokoh Agama Katolik, Yusi juga sangat mendukung keseriusan pemkot dalam menjaga keberagaman dan kesatuan di Surabaya.

“Biasa kami lakukan di Kota Surabaya untuk doa dari masing-masing agama. Perayaan-perayaan agama pun kita mengadakan acara yang sama. Artinya, hal itu semakin menguatkan Surabaya menjadi salah satu kota toleransi di Negara Indonesia,” kata Yusi.

Tokoh Agama Konghucu, WS Liem Tiong Yang juga menyatakan hal yang sama. Ia menilai bahwa Surabaya sangat layak menjadi pelopor kota toleransi dan keberagaman di Indonesia. Bahkan ia meyakini, Surabaya mampu menjadi barometer bagi daerah lain dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi umat beragama.

Deklarasi Surabaya Damai, di halaman Balai Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022) pagi.
Deklarasi Surabaya Damai, di halaman Balai Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022) pagi.

“Karena hampir semua suku di Indonesia ada di Surabaya, sehingga bisa menjadi barometer bagi kota-kota lain karena keberagaman tetap terjaga di Kota Surabaya. Masyarakat bisa melihat keberagaman dan kesatuan di Surabaya dengan enjoy (nyaman) dan itu harus dijaga terus,” pungkasnya. (Adv)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI