Suara.com - Lula da Silva kembali menjadi Presiden Brasil usai dipenjara selama 18 bulan dan bebas pada 2019 lalu karena kasus korupsi. Ia memenangkan pemilihan presiden Brazil dengan selisih angka yang tipis dan mengalahkan petahana Jair Bolsonaro.
Otoritas terkait di Brazil mengumumkan bahwa Lula mendapatkan 50,8 persen suara, sementara Bolsonaro hanya berhasil mengamankan 49,2 persen suara dalam pemilihan yang dilangsungkan Minggu (30/10).
"Hari ini, satu-satunya pemenang adalah orang-orang Brazil," ujar Lula kepada para pendukungnya yang berkumpul di sebuah hotel di kota Sao Paul, dikutip dari Al Jazeera.
Saat ia divonis penjara, karier politiknya diperkirakan telah berakhir. Namun, siapa sangka bahwa Lula da Silva ini kembali menjadi presiden di usianya yang sudah tidak muda lagi.
Baca Juga: Selamati Lula, Xi Jinping Berharap Persahabatan China-Brazil Semakin Erat
Pria yang memiliki nama lengkap Luiz Inacio Lula da Silva merupakan seorang warga dari negara bagian Pernambucco. Ia lahir pada 1945 dan saat itu keluarganya termasuk keluarga kurang mampu.
Pada usia 7 tahun, Lula da Silva dan keluarga pindah ke bagian selatan agar nasib mereka menjadi lebih baik. Namun mereka berhenti di dekat kota pelabuhan Santos di Pantai Sao Paulo.
Setelah menetap selama 3 tahun, kemudian Lula da Silva pindah ke ibu kota negara bagian. Kehidupannya tak kunjung membaik. Bahkan untuk beberapa waktu, ia harus tinggal di tempat yang mirip kandang babi.
Di tengah segala kesulitan yang terjadi, Lula da Silva harus membantu perekonomian keluarga. Ia pun bekerja sebagai tukang semir sepatu dan penjual kacang. Tak berhenti di situ, ia mencoba menjadi office boy.
Baca Juga: Kandidat Sayap Kiri Lula da Silva Menang Tipis dalam Pemilihan Presiden Brazil
Lula da Silva juga mengikuti pelatihan operator mesin bubut pada awal 1960-an. Saat itu, Brasil dalam kediktatoran militer.
Pada suatu ketika, seorang agen partai Komunis bawah tanah Brasil mencoba merekrut Lula da Silva. Namun ia tak tertarik dengan ajakan tersebut.
Selang beberapa waktu yakni hingga pada 1964-1985, Lula da Silva berubah pikiran karena menyaksikan sendiri adanya penindasan terhadap buruh dari rezim militer Brasil. Ia melihat gaji rendah buruh, kondisi kerja yang sangat buruh, Lula da Silva pun berubah.
Tahun 1975 menjadi masa titik baliknya. Lula da Silva juga semakin marah ketika saudara laki-lakinya diculik dan disiksa oleh pasukan keamanan.
Ia pun melanjutkan perjuangannya dan semakin aktif dalam gerakan buruh. Lula da Silva pun hadir sebagai pemimpin serangkaian pemogokan bekerja. Ia pun semakin dikenal di Brasil.
Aksinya tersebut pun membuatnya membentuk Partai Buruh (PT). Partai itu pun berdiri hingga sekarang dan Lula da Silva menjadi pemimpinnya.
Perjuangan Lula da Silva menjadi Presiden
Kemudian pada 1989, Lula da Silva mencalonkan diri sebagai Presiden Brasil. Usahanya saat itu gagal. Namun ia tidak menyerah dan mencoba lagi pada 1998 tetapi ia tetap gagal.
Usahanya masih terus dilakukan. Pada 2002, ia terpilih sebagai Presiden Brasil. Ia pun membantu banyak masyarakat keluar dari siklus kemiskinan. Lula da Silva berhasil menjadikan negara itu sebagai bagian penting dalam dunia internasional.
Brasil pun berhasil memperoleh juara Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016. Brasil juga membantu menciptakan G20 bersama Rusia, India, Afrika Selatan, dan China.
Pada 2010, Lula da Silva pun meninggalkan kursi kepresidenannya. Tahun berikutnya menjadi dekade dengan tragedi bagi kaum kiri dan juga partai yang ia dirikan.
Partai Lula da Silva terlibat rangkaian skandal korupsi dan dituding sebagai penyebab Brasil mengalami resesi. Pada 2018, Lula da Silva pun dipenjara dengan tuduhan korupsi.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma