Mahfud MD Tegaskan Bung Karno Seorang Santri, Pernah Ngaji ke Ahmad Hasan dan Tjokroaminoto

Senin, 31 Oktober 2022 | 16:30 WIB
Mahfud MD Tegaskan Bung Karno Seorang Santri, Pernah Ngaji ke Ahmad Hasan dan Tjokroaminoto
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan Pancasila yang digagas oleh Soekarno atau Bung Karno masuk ke dalam produk ijtihad. (Humas Kemenko Polhukam).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan Pancasila yang digagas oleh Soekarno atau Bung Karno masuk ke dalam produk ijtihad. Saat itu, Soekarno menggagasnya bersama beberapa tokoh pendiri bangsa lainnya, termasuk dari kalangan tokoh-tokoh Islam.

Itu disampaikan Mahfud saat menjadi Keynote Speaker dalam Forum Rektor Indonesia 2022, Konvensi Kampus XXVIII, dan Temu Tahunan XXIV, di Gedung ACC, Universitas Airlangga Surabaya, Minggu (30/10/2022).

"Sistem negara itu produk ijtihad sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan sosial budayanya. Itulah produk ijtihad yang dilakukan pemimpin Indonesia kala itu," kata Mahfud.

Mantan Ketua MK itu menegaskan kalau Bung Karno juga kader Muhammadiyah dan juga seorang santri.

Baca Juga: Pesan Menohok Mahfud MD ke Pengurus PSSI, Jika Anda Punya Moral Mundur!

Menurut Mahfud, Bung Karno banyak berguru pada tokoh Islam berpengaruh seperti Ahmad Hasan dan HOS Tjokroaminoto.

"Ada yang bilang Bung Karno itu aliran sekuler anti Islam, tidak. Bung Karno itu santri juga, dia orang Muhammadiyah, ngaji ke A. Hasan, ngaji ke Tjokroaminoto, dia santri," katanya.

Namun Mahfud juga tidak memungkiri bahwa Presiden Indonesia pertama itu, pernah mengusulkan bentuk negara sekuler, sebagaimana Turki.

Menurutnya hal itu dampak dari kemajuan pemikiran Bung Karno kala itu.

"Cuma dia mengijtihadkan negara dalam pemikirannya dia yang maju pada waktu itu, Bung Karno bilang negaranya harus sekuler. tapi dibantah oleh tokoh-tokoh Islam yang lain, kemudian ketemu komprominya di negara Pancasila, seperti negara yang pernah didirikan nabi, negara kosmopolitan, negara pluralis," jelasnya.

Baca Juga: Kelompok Aktivis Diajak Membantu Menjaga Iklim Politik

"Kita sekarang tidak usah lagi mempersoalkan demokrasi masih cocok atau tidak, kita sekarang bicara pelaksanaan demokrasi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI