Suara.com - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mendapatkan kritik dari netizen karena sering menggunakan bahasa Jawa saat wawancara di depan awak media.
Dalam cuitannya, salah seorang netizen mempermasalahkan jika putra sulung dari Presiden Joko Widodo ini berbicara dengan bahasa Jawa di depan wartawan. Menurutnya hal ini kurang pas dilakukan.
"Penampilan santainya @gibran_tweet sih saya suka. Tapi saat ngomong depan wartawan seringnya pakai bahasa Jawa, saya kok kurang cocok," kata akun Twitter @hasyimmah pada Minggu (30/10/22).
Netizen ini lantas menambahkan, bahasa Jawa cocok digunakan ketika Gibran berbincang-bincang misalnya dengan Butet Kartaredjasa atau Sudjiwo Tedjo, yang mana merupakan sosok yang paham dengan bahasa Jawa.
Baca Juga: Kaesang Pangarep Gunakan Jersey Sepak Bola Berangka 12-10, Gibran Rakabuming: Password WiFi
"Beda kalau lagi ngobrol satu meja sama Butet atau Mbah Tedjo ya silakan. Kalau jelas-jelas di depan media ya layaknya pakai bahasa Indonesia," tambahnya.
Kritikan dari netizen ini pun langsung mendapatkan respons dari Gibran. Melalui akun Twitter-nya @gibran_tweet, suami dari Selvi Ananda ini mengaku jika dirinya salah.
"Ya, Pak. Maaf saya salah," balas Gibran.
Komentar Netizen
Cuitan dari kakak Kaesang Pengarep ini pun menuai komentar pro kontra dari netizen. Netizen mengatakan bahwa hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan.
Baca Juga: Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Kompak Bagikan Momen Prewedding, Penuh Nuansa Sederhana
Namun, tak sedikit pula netizen yang mendukung agar Gibran menggunakan bahasa Indonesia saat wawancara di depan awak media.
"Kritik yang bagus itu, Mas. Semangat Mas Wali," kata netizen.
"Nggak papa, Mas. Santai saja," imbuh netizen lain.
"Nggak papa Pak Gibran. Anda kan masih menjabat di Solo, yang penting warga Solo paham. Nanti kalau jadi presiden, satu Indonesia baru harus tahu apa yang Anda omongkan," terang netizen lain.
"Mas wali kan seorang figur, bukan sekadar figur daerah bahkan bisa jadi figur nasional sedangkan kita berbhineka. Masalah nguri-uri kabudayan Jawa kan ada wadahnya. Begitu juga budaya nasional lainnya," tambah netizen lain.
"Cukup adat istiadat daerah saja yang selalu dibawa. Masalah komunikasi harus yang nasional siapa tahu kelak bersama nasional bukan hanya daerah," komentar netizen lainnya lagi.