Suara.com - Rusia memutuskan untuk menangguhkan partisipasi dalam kesepakatan yang mengatur ekspor biji-bijian dari Ukraina setelah menyebut kapal-kapalnya diserang oleh belasan drone di Semenanjung Krimea.
Al Jazeera melaporkan bahwa menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Ukraina menyerang Armada Laut Hitam di dekat Sevastopol di Semenanjung Krimea dengan menggunakan 16 drone pada Sabtu (29/10) dini hari.
Kemhan juga menuduh Angkatan Laut Inggris ikut membantu dalam serangan yang disebut Rusia sebagai “akis teror itu”. Sementara itu, London telah dengan tegas menolak klaim tersebut.
“Pihak Rusia menangguhkan partisipasi dalam pelaksanaan kesepakatan ekspor produk pertanian dari pelabuhan Ukraina,” kata Kemhan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Rusia menyebut keputusan itu diambil karena adanya serangan drone dan keterlibatan Inggris, dan akibatnya, ekspor biji-bijian Ukraina dari berbagai pelabuhan di Laut Hitam akan terhenti.
Perundingan kesepakatan itu sendiri difasilitasi oleh Turki dan PBB guna membuka kembali pintu ekspor biji-bijian, yang begitu krusial demi mengurangi krisis pangan global yang disebabkan oleh Perang Ukraina.
Sejauh ini, kesepakatan tersebut telah memungkinkan ekspor atas lebih dari sembilan juta ton gandum Ukraina, dan, perjanjian ini rencananya akan diperpanjang pada 19 November.
Ukraina merespons pengumuman ini dengan mengatakan bahwa keputusan Rusia "membuktikan sekali lagi bahwa negosiasi dengan Federasi Rusia membuang-buang waktu", kata seorang pejabat tinggi Ukraina.
“[Presiden Rusia] Putin telah menjadikan makanan, suhu dingin, dan harga sebagai senjata melawan dunia … Rusia mengobarkan perang hybrid melawan Eropa, [serta] menyandera Afrika dan Timur Tengah,” cuit penasihat kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak.
PBB juga menyerukan agar kesepakatan tersebut dapat berlanjut.
"Semua pihak [harus dapat] menahan diri dari tindakan apa pun yang akan membahayakan Inisiatif Gandum Laut Hitam yang merupakan upaya kemanusiaan yang mendesak," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB.
Ia menambahakan bahwa inisiatif itu "memiliki dampak positif" terhadap akses makanan bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Menurutnya, kantor Sekjen PBB telah berkomunikasi dengan pihak berwenang Rusia untuk mendiskusikan hal ini.