Suara.com - Kualitas udara di Jakarta memang dianggap memprihatinkan. Sebelumnya bahkan sempat jadi yang terburuk di dunia pada pertengahan Juni lalu.
Pada laman IQAir tercatat kalau indeks pencemaran udara di Jakarta berada di angka 163 dan masuk dalam kategori tidak sehat.
Sementara konsentrasi PM 2.5 atau partikel udara berukuran lebih kecil dari 2,5 mikronmeter di udara Jakarta berada di angka 78,5 µg/m³.
Artinya, kualitas udara Jakarta saat itu hampir 16 kali lipat lebih buruk dari standar kualitas udara tahunan yang aman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam hal ini, maka siapa pihak yang paling bertanggungjawab terhadap buruknya udara ibu kota?
Membahas soal buruknya udara di Jakarta, aktivis Bicara Udara Vincent Ricardo menjelaskan soal momen-momen memburuknya udara di Jakarta.
"Kalau kita ngomongin pertanggungjawabannya sebenarnya kalau dari segi pemerintahan, oh gubernur yang paling bertanggungjawab dari masa ke masa," ujar Vincent Ricardo dalam perbincangan di Total Politik.
"Masalahnya udara kotor yang polutan di Jakarta bukan dari Anies Baswedan saja, bahkan dari peneliti Belanda menyebutkan polusi udara ada sejak era Hindia Belanda," imbuhnya.
Menurut Vincent dari seorang peneliti Belanda menyebutkan bahwa warga era Hindia Belanda kala itu sempat protes karena ada mesin pembakaran batu kapur yang membuat sesak napas.
"Jadi isu ini bukan isu yang hal ini salah Pak Anies, salah Pak Jokowi sebagai gubernur atau salah Ahok, tapi memang tiap-tiap dari mereka harusnya bertanggungjawab untuk memperbaiki isu udara di Jakarta," kata Vincent.
Lebih lanjut, Vincent menyebutkan bahwa memang banyak yang memengaruhi perkembangan polusi udara di Jakarta, seperti pertumbuhan ekonomi, transisi perubahan bangunan, dan lain sebagainya.
"Jadi ya kita enggak bisa blame ke salah satu aja, tapi tiap-tiap mereka harus bertanggungjawab memperbaiki," tambahnya.