Menhan Israel: Kerja Sama Pertahanan dengan Turki akan Diperkuat

Diana Mariska Suara.Com
Jum'at, 28 Oktober 2022 | 11:28 WIB
Menhan Israel: Kerja Sama Pertahanan dengan Turki akan Diperkuat
Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, dan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar. (HANDOUT / Press Office of the Ministry of National Defense / AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyebut era baru kerja sama pertahanan dan keamanan dengan Turki akan segera dimulai, setelah hubungan kedua negara memburuk selama lebih dari 10 tahun terakhir.

Al Jazeera memberitakan, Gantz menyampaikan pernyataan tersebut pada Kamis (27/10) dalam kunjungannya ke Turki, dua bulan setelah Israel dan Turki memperbarui hubungan diplomatik mereka.

“Selama lebih dari satu dekade, tidak ada ikatan keamanan yang formal,” ujar Gantz setelah bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, di Ankara. “Hari ini kami mengubahnya melalui proses yang bertanggung jawab dan bertahap, yang melayani kepentingan Israel.”

Sementara itu, Menhan Akar mengatakan hubungan yang lebih erat akan membantu [kedua negara] “menemukan solusi untuk beberapa topik terkini yang kami pandang secara berbeda”, termasuk isu terkait Palestina.

“Kami percaya bahwa pengembangan hubungan dan kerja sama kami dengan Israel juga akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas regional,” sebutnya.

Gantz turut mengomentari adanya gerakan Palestina di tanah Turki dan mengatakan “masalah itu muncul dalam pembicaraan kami”, dan Israel terus berkomunikasi dengan organisasi keamanan Turki.

“Ini adalah pertemuan keamanan strategis pertama setelah bertahun-tahun,” katanya. "Anda tidak bisa membahas terlalu banyak hal dalam satu pertemuan."

Lebih lanjut, Gantz mengatakan dirinya percaya "ada lebih banyak hal yang bisa dilakukan bersama-sama untuk mengurangi pengaruh dari mereka yang mengacaukan kawasan dengan mendukung atau melaksanakan terorisme terhadap warga sipil yang tidak bersalah".

“Ini juga berlaku untuk arena [mengenai] Palestina,” kata menteri Israel.

Pada 1949, Turki menjadi negara dengan mayoritas penduduk muslim pertama yang mengakui Israel. Namun, hubungan bilateral mulai merenggang pada 2008 setelah operasi militer Israel di Gaza.

Hubungan kedua negara kemudian membeku pada 2010 menyusul kematian 10 warga sipil usai serangan Israel ke kapal Mavi Marmara asal Turki, yang merupakan bagian dari armada yang mencoba menembus blokade Israel dan membawa bantuan ke Gaza.

Rekonsiliasi singkat berlangsung dari 2016 hingga 2018, sampai Turki menarik duta besarnya dan mengusir dubes Israel akibat pembunuhan warga Palestina dalam konflik di Gaza.

Hubungan bilateral kemudian mulai mencair setelah mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengakhiri masa kepemimpinannya.

Presiden Israel, Isaac Herzog, telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki pada Maret, diikuti oleh Perdana Menteri Yair Lapid pada bulan Juni, yang ketika itu masih menjabat sebagai menteri luar negeri.

Dan akhirnya, pada 17 Agustus, Israel dan Turki mengumumkan pemulihan penuh hubungan bilateral dan penempatan kembali duta besar ke kedua negara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI