Nasdem Disebut Masih Bisa Rusak KIB hingga Menarik PKB dengan Iming-iming Cak Imin Jadi Cawapres Anies

Kamis, 27 Oktober 2022 | 11:40 WIB
Nasdem Disebut Masih Bisa Rusak KIB hingga Menarik PKB dengan Iming-iming Cak Imin Jadi Cawapres Anies
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mendeklarasikan Anies Baswedan sebgai bakal capres 2024. [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Partai Nasdem disebut masih memiliki peluang koalisi dengan partai lain di luar PKS dan Demokrat. Opsi ini bisa diambil Surya Paloh selaku ketum partai jika Demokrat tetap ngotot menjagokan AHY dan PKS menjagokan Aher untuk mendampingi Anies.

Hal ini disampaikan Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago. Dia menyebut Nasdem masih bisa membawa Anies Baswedan yang sudah dideklarasikan ke partai lain.

"Bahkan lebih mudah merusak koalisi KIB atau menarik PKB dengan iming-iming cawapres Anies," ujar Arifki kepada wartawan, Kamis (27/10/2022).

Diketahui, meski PKB sudah dekat dengan Gerindra, namun kedua partai itu belum menunjuk siapa capres dan cawapres yang bakal diusung. Gerindra menjagokan Prabowo Subianto sebagai capres, dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin jadi cawapres.

Baca Juga: Jika Demokrat - PKS Ngotot Sodorkan Nama untuk Cawapres Anies, Koalisi Terancam Layu Sebelum Berkembang

"Elektabilitas Anies yang masuk tiga besar versi berbagai lembaga survei, tentu lebih mudah bagi NasDem mencari wakil Anies dari pada partai lain yang ingin menjadi cawapres Anies," kata dia.

Untuk itu, kata dia, PKS dan Demokrat harus melihat posisi cawapres Anies sebagai kepentingan yang lebih strategis dari pada kepentingan taktis.

"Jika AHY dan Aher bersaing tentu Ketua Umum Demokrat itu lebih baik, namun kesepakatan tersebut bisa mengarah kepada cawapres non-parpol jika kedua partai tidak menemukan titik sepakat. Disini juga kita melihat sikap politik PKS dan Demokrat, berjiwa besar untuk mengalah dari berbagai kemungkinan, atau memaksakan diri agar kadernya dipilih sebagai cawapres Anies," kata dia.

Bisa Layu

Sebelumnya Arifki Chaniago menilai bahwa koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS bisa layu sebelum berkembang. Hal itu menyusul jika dua partai yakni PKS dan Demokrat sama-sama ngotot mementingkan kadernya dari pada memikirkan langkah yang lebih besar.

Baca Juga: AHY Dinilai Bisa Seperti Anies yang Minim Pengalaman di Pemerintahan, Tapi Berprestasi

Bakal calon presiden dari Partai NasDem, Anies Baswedan, bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan sejumlah elite Nasdem hingga PKS di kediamannya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Selasa (25/10/2022). [Foto ist/ IG @aniesbaswedan]
Bakal calon presiden dari Partai NasDem, Anies Baswedan, bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan sejumlah elite Nasdem hingga PKS di kediamannya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Selasa (25/10/2022). [Foto ist/ IG @aniesbaswedan]

Memang kekinian Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Ahmad Heryawan atau Aher mencuat sebagai figur yang digadang-gadang bakal mendampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024.

"Koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS akan layu sebelum berkembang jika PKS dan Demokrat lebih mementingkan kadernya dari pada memikirkan langkah besar yaitu berada dalam bagian capres pemenang. Sebagai partai yang sudah berpuasa hampir 10 tahun, agenda yang lebih besar bisa saja tidak tercapai jika antara Demokrat dan PKS masih ngotot tawarkan kadernya sebagai cawapres," kata Arifki.

Arifki menilai ada beberapa penyebab yang melatarbelakangi koalisi ini akan sulit menemukan titik temu. Pertama, Demokrat dan PKS sama-sama memiliki kepentingan agar kadernya diusung sebagai cawapres Anies.

"Kepentingannya lebih kepada upaya kedua partai tersebut mendapatkan efek ekor jas atas pencalonan kadernya sebagai cawapres, seperti memudahkan melakukan kampanye pilpres dan pileg yang dilaksanakan secara serentak," tuturnya.

Kemudian yang kedua, kata dia, Demokrat atau PKS sulit mengalah, seperti ada partai yang mendapatkan posisi sebagai pemimpin koalisi atau tawaran lain yang bisa menemukan titik sepakat antara PKS dan Demokrat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI